Mohon tunggu...
George
George Mohon Tunggu... Konsultan - https://omgege.com/

https://omgege.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Lonjakan Perceraian, Gaya Senggama Aman-Covid, dan Kebijakan Aneh Pemerintah

4 September 2020   08:41 Diperbarui: 6 September 2020   00:05 2802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi [Getty Images, NYTimes.com]

Kamis ini adalah hari yang aneh. Maksud saya, artikel-artikel media daring yang tertangkap gawai saya---dan karenanya sempat pula saya baca--bertopik tidak lazim. Bikin banyak pikiran saja.

Irasionalitas Rumah Tangga

Artikel pertama berasal dari admin Kompasiana. "Ramai-ramai Minta Cerai," judul tajuk Kompasiana. Iya, saya menganggap artikel admin Kompasiana yang menjelaskan Topik Pilihan--Kompasianer didorong menulis tentang itu--sebagai tajuk rencana.

"Ternyata tingginya angka pernikahan (dini) ketika pandemi berbanding lurus dengan angka kasus perceraian yang terjadi." Demikian tertulis.

Olala, rupanya pandemi Covid-19 sungguh sebuah disrupsi peradaban. Kehadirannya bikin orang ingin cepat-cepat berumah tangga, lekas pula membubarkannya.

Saya tidak berniat mencari tahu lebih jauh soal angka pernikahan dini saat pandemi. Tetapi soal perceraian sudah banyak tersebar di media warta daring dan medsos.

Kompas.com (24/8/2020) memberitakan keterangan Ahmad Sadikin, seorang Panitera Muda Gugatan Pengadilan Agama Soreang. Ia katakan, gugatan perceraian di Kabupaten Bandung terus meningkat semenjak Maret. 

Di bulan Mei, banyaknya gugatan perceraian menyebabkan Pengadilan Agama Soreang menutup sementara pendaftaran gugatan cerai. Penutupan selama beberapa hari yang diikuti pemberlakuan kuota pelayanan berdampak  lonjakan drastis kasus perceraian saat PA Soreang kembali dibuka normal di bulan Juni. Dari biasanya 700-800 gugatan, naik menjadi 1012 gugatan.

Kata Ahmad Sadikin, gugatan cerai paling banyak diajukan istri (70%) dan berlatar belakang problem kondisi ekonomi rumah tangga. Alasan faktor ekonomi di balik kasus perceraian semasa pandemi juga disampaikan Humas Pengadilan Agama Jakarta Timur, Istiana.(Kompas.com, 3/9/2020)

Selain nikah dini dan cerai, ada pula warta dari sejumlah daerah tentang peningkatan jumlah kehamilan dan persalinan selama masa pandemi.

Beberapa bulan lalu, sebagai coping strategy menghadapi penurunan kesejahteraan, saya lakoni kerjaan enumerator sebuah riset kebijakan menghadapi pandemi. Tugas saya meng-kurasi berita-berita media lokal NTT yang berkaitan dengan kebijakan Pemda merespon pandemi Covid-19.

Saat itu ada dua berita yang sempat saya baca--tetapi tidak saya kurasi--terkait meningkatnya angka kehamilan dan persalinan selama pandemi, terjadi di dua kabupaten. 

Si wartawan tidak memuat pernyataan narasumber soal apakah peningkatan jumlah ibu hamil dan jumlah persalinan berkaitan dengan pandemi ataukah dua hal ini coinsidens semata. Artinya cuma kebetulan di bulan itu terjadi peningkatan jumlah kehamilan dan persalinan dibandingkan periode serupa tahun sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun