Sejak Januari saya -- juga banyak orang -- sudah teriak-teriak tentang pentingnya tindakan kekarantinaan terhadap arus masuk manusia dari luar NTT.
Tindakan kekarantinaan yang paling tepat dan manusiawi bukan dengan penutupan akses, melainkan menyiapkan balai karantina sebagai buffer zone, sebagai medium filter agar hanya orang-orang yang bebas virus corona yang benar-benar menginjakkan kaki di NTT. Yang dalam kondisi sakit harus disehatkan dulu di Balai Karantina.
Kini, setelah terjadi transmisi lokal, setalah sejumlah kota/kabupaten di NTT tergolong zona merah, barulah balai karantina dipersiapkan untuk menapis pendatang. Bah, hujan sudah membasahi tubuh hingga ke balik celana dalam baru kita panik cari payung.
Mau mengumpat, "Nganga!" Eh takut dosa.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H