Tetapi andai saya seorang anarko-sindikalis, yang akan saya lakukan di momentum pandemi ini adalah mendorong aksi-aksi solidaritas antarwarga.
Ada banyak bentuk aksi solidaritas antarwarga yang bisa didorong sebagai "praktik anarkis" mengatasi pandemi corona. Misalnya dengan gerakan menanam pangan dan budidaya ikan air tawar di halaman rumah dan membangun sistem pertukaran di internal komunitas.
Dengan cara ini, pemenuhan kebutuhan gizi di tengah pembatasan sosial bisa dilakukan secara mandiri, berbasis pertukaran produk. Cabe ditukar dengan sayur; ketimun dengan tomat; telur ayam dengan jasa memperbaiki genteng bocor; dll.
Jangan dikira aksi-aksi seperti ini tidak ideologis. Jika Anda mengkritik tatanan lama, Anda perlu pula membangun praktik-praktik yang mencerminkan tatanan baru.
Mengorganiziri aksi kolektif mengatasi pandemi seperti di atas justru menciptakan landasan atau contoh nyata bahwa sindikat produsen a la masyarakat anarkis--dalam masyarakat anarkis setiap orang menjadi produsen yang terlibat pertukaran tanpa eksploitasi-- lebih unggul dibandingkan menyerahkan segala urusan ke tangan negara. Apalagi jika terbukti negara gagal menjamin ketersediaan kebutuhan pokok.
Sebaliknya, mengorganisir graffti action dengan slogan-slogan mencekam, atau bahkan---seperti tudingan polisi---memprovokasi penjarahan, justru akan berujung peran negara kian dominan. Rakyat banyak akan secara sukarela menukar kebebasannnya dengan jaminan ketentraman yang diberikan negara. Maka hasil akhirnya 180 derajat melawan cita-cita anarko-sindikalis.
Jadi, munculnya aksi graffiti di sejumlah tempat hemat saya bukan murni dilakukan kalangan anarko sindikalis. Ada tiga kemungkinan di balik peristiwa ini.
Pertama. Jika benar itu aksi kelompok anarko, maka kaum anarko-sindikalis sedang berada di bawah pengaruh pemikir-pemikir yang salah menimbang kondisi.
Jika benar demikian, maka untuk mengindari salah taktik ini kian jauh menjadi aksi-aksi petualangan yang berujung kehancuran, kaum anarko-sindikalis perlu membangun diskusi lebih serius tentang prinsip-prinsip metode perjuangan.
Penting untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan taktikal tentang apakah taktik ini bisa "memukul lawan lebih keras dari pukulan mereka terhadap rakyat dan kaum anarko-sindikalis"; bagaimana imbangan kekuatan di tengah rakyat; apakah ada stamina untuk perjuangan panjang ataukah akan kalah oleh kelelahan di tengah pertempuran; serta bagaimana respon kelompok-kelompok gerakan lainnya terhadap inisiatif ini berdasarkan sejarah dan strategi-taktik masa kini mereka.
Saya yakin jika hal-hal di atas didiskusikan dengan benar, aksi-aksi graffiti bernada teror dan provokasi penjarahan tidak mungkin ditempuh sebab ujungnya hanya berakhir buruk  dan bertolak belakang dengan cita-cita perjuangan.