Lha, Pak Menteri tidak tahu sama sekali siapa pihak yang ia tuding menunggangi demonstrasi mahasiswa (premis minor), sementara menurut cara bernalar Pak Menteri, "jika orang tidak tahu apa yang dibicarakannya, orang itu bertindak karena ditunggangi" (premis mayor).Â
Jadi tudingan aksi mahasiswa ditunggangi bukan bersumber dari pikiran mandiri dan sadar Pak Menteri, melainkan pikiran orang lain yang sedang menunggangi Pak Menteri. Sangat mungkin pula Pak Menteri menunggangkan pikirannya kepada orang lain.
Lantas cara berpikir siapa yang menunggangi penalaran Menristekdikti? Ya, paling mungkin menduga itu cara berpikir Kapolri dan Menkopolhukam. Dua pejabat inilah yang mula-mula dan paling getol meneriakkan urusan tunggang-menunggang dalam aksi protes mahasiswa.
Maka jadilah Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, tokoh terkemuka dari dunia cerdik pandai ditunggangi dalam bernalar oleh tokoh-tokoh dari kalangan serdadu. Hiks. Sedih.
Sosok Menteri P dan K Orba Bangkit
Sebenarnya tidak membahayakan jika Menristekdikti tidak mampu bernalar mandiri. Toh, ia sendiri yang menikmati cacat itu. Yang jadi persoalan adalah ketika oleh cara bernalar yang ditunggangi itu, Menristekdikti menghidupkan kembali sosok menteri pendidikan ala Orde Baru, membatasi hak sipil-politik para pelajar dengan kebijakan represif.
Upaya mencegah mahasiswa berunjukrasa dengan menekan birokrasi kampus (rektor dan jajaran dosen) melalui ancaman sanksi adalah cara yang khas dilakukan para menteri pendidikan era Orde Baru.
Pak Menteri mungkin melakukan langkah lebay ini sebagai investasi mempertahankan jabatan. Sayangnya ia lalai menimbang. Justru dengan kebijakan represif seperti ini, bukan dirinya yang terancam tak dipakai lagi dalam kabinet mendatang, Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf pun bisa-bisa tak berumur panjang.
Jadi Bapak, jika Anda tak punya cukup gagasan bagaimana membangun pendidikan tinggi Indonesia, buatlah satu hal minimal saja: jangan bungkam demokrasi bagi mahasiswa. Jangan bertindak yang berdampak membusukkan pemerintahan Jokowi dari dalam.
Begitu. Peluk dan cium.***
___