# Lalu soal perebutan Papua?
Saat ini problem Papua diwarnai pula narasi yang berkembang di tanah air bahwa Indonesia menjajah Papua. Dahulu, ketika Papua (Irian Barat) direbut dari tangan Belanda, tak ada narasi yang demikian itu. Yang ada cuma Indonesia membebaskan Papua dari cengkraman penjajahan Belanda.
Karena itu, dahulu perjuangan merebut Irian Barat bukan cuma dilakukan pemerintah dan TNI. Kekuatan politik dan ormas  turut serta dengan membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB) yang dibentuk pada 1957 (pada 1959 diubah menjadi Front Nasional).Â
Tujuan perjuangan FNPIB/FN adalah memobilisasi kekuatan massa dalam menyelesaikan revolusi Indonesia; melaksanakan pembangunan semesta berencana; dan mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah republik Indonesia. Salah bentuk perjuangan  konkritnya adalah memobilisasi pemogokan buruh di perusahaan-perusahaan milik Belanda dan America Serikat sebagai bentuk dukungan terhadap taktik diplomasi pemerintah.
FNPIP itu sendiri berkembang dari organisasi bernama Dana Perjuangan Irian Barat, yang tujuannya memang menggalang dana untuk mendukung kampanye pembebasan Irian Barat. Nah, Sudiro, tokoh kita dalam pencurian mobil kepresidenan dan Gubernur DKI Jakarta semasa rencana pemindahan ke Kalimantan yang gagal itu, adalah Ketua Umum Dana Perjuangan Irian Barat (1957--1962).
Terus, artikel ini tentang apa sih? Ya tentang Sudiro, kakeknya Tora Sudiro. Mengenang para penjasa masa lalu itu penting, sebab dari tangan merekalah negeri ini kita warisi.
# Terus adakah monumen yang bisa dipakai mengenang Sudiro?
Peninggalan Sudiro umumnya bukan fisik, melainkan tata wilayah dan pemerintahan. Ia membagi Jakarta ke dalam tiga kabupaten: Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan. Sudiro pula yang menggagas keberadaan rukun tetangga dan rukun warga di Jakarta.
Sementara untuk monumen fisik yang bisa dipakai mengenang Sudiro, bolehlah Monas. Monumen kebanggaan yang awalnya hendak disebut Tugu Nasional (Tunas) ini digagas pada era Sudiro tetapi baru mulai dibangun di masa Soemarmo, penggantinya.