"Cepat sekali gajian bulan ini," komentar istri sembari menyimpan amplop itu di lemari. Ia lalu menyiapkan santap malam untuk Tuan Huber. Ikan cara--ikan asin khas Manggarai yang enak sekali--, sayur labu, dan tak lupa sambal daun kemangi.
Seusai makan, Tuan Huber minta istri periksa isi amplop sebab ia penasaran mengapa terasa lebih tebal.
Suami-istri itu terkejut. Uang di dalam amplop itu Rp 750.000, tiga kali lipat honor bulanan Tuan Huber.
"Ini pasti keliru. Namanya sudah benar. THR, Tuan Huber. Tetapi jumlahnya terlalu banyak. Pasti amplopnya tertukar," kata Tuan Huber kepada istri.
"Kalau begitu cepat kembalikan. Nanti dirimu disangka tak jujur," seru istrinya.
Maka bergegas Tuan Huber kembali ke kantor. Jarak 4 kilometer kembali ditempuhnya, kali ini dengan sesekali berlari kecil.
Beberapa kali Tuan Huber tersandung sebab baterai senter yang ia bawa sudah aus, hanya menghasilkan cahaya temaram.
Tuan Huber lupa jika staf keuangan, ibu yang tadi memberinya amplop tidak tinggal di mess karyawan sebab bukan lagi bujangan. Ibu itu, bersama keluarganya yang datang dari Jawa mengontrak rumah penduduk yang entah di mana.
Tuan Huber menemukan para pekerja sedang beristirahat dan bermain biliar.
"Eh, Pak Huber, ke sini dulu, bantu saya." Salah seorang kepala bagian memanggilnya. Rupanya para petinggi sedang bermain kartu. Berjudi tepatnya.
Kepala bagian itu minta Tuan Huber menjadi joki. Artinya Tuan Huber yang bermain, uang taruhan berasal dari si boss. Jika menang, uang pecahan besar, Rp 20.000 ke atas diambil boss. Tuan Huber boleh memiliki yang pecahan Rp 10.000 ke bawah.