Lihat bagaimana ia menceritakan kondisi para pemuda dalam foto layar berikut.
Lihatlah cara ia menggambarkan dirinya. "Too-big Negro girl, with nappy black hair, broad feet and a space between her teeth that would hold a number-two pencil." Ia tidak mengatakan perempuan bergigi jarang. Ia gunakan pensil ukuran besar untuk membantu menciptakan efek visual. Terbayangkanlah bagaimana gigi-gigi itu berbaris pada gusinya, renggang seperti pelajar sekolah merentangkan tangan ketika hendak berolahraga.Â
Angelou membuat kita dapat membayangkan suara ayahnya dengan "rang like a metal dipper hitting a bucket." Saya jadi bisa membayangkan bagaimana cempreng dan tidak enaknya suara ayah Angelou.
Hal-hal ini yang membuat otobiografi Angelou sangat indah dan laris sedunia.
Baiklah. Artikel ini sudah terlalu panjang. Semoga bahagia di ujung sana, Maya Angelou, di tempat tanpa segregrasi sosial, di tempat yang hanya kebahagiaan bagi jiwa-jiwa sebab tiada sekat agama, kelas, ras, atau apapun.Â
Saya tutup artikel ini dengan Puisi Maya Angelou, "To a Freedom Fighter"
You drink a bitter draught.
I sip the tears your eyes fight to hold,
A cup of lees, of henbane steeped in chaff.
Your breast is hot,
Your anger black and cold,
Through evening's rest, you dream,
I hear the moans, you die a thousands' death.
When cane straps flog the body
dark and lean, you feel the blow.
I hear it in your breath.
***
Tilaria Padika
28052018