Nine menyampaikan kabar dalam format visual. Orang-orang tidak dapat memilih berita apa yang hendak dipirsa. Arus informasi masuk satu arah, dari Nine kepada publik tanpa bisa difilter.
Nine menyerap informasi melalui kejadian dan percapakan yang direkamnya di tempat publik dan privat. Bahkan di kamar mandi pun ada kamera dan perekam suara cerdas yang dapat berkomunikasi dengan kita.
Dalam film Fahrenheit 451, ketidaktatoran Nine dan negara (dengan unit Damkar sebagai instrumen koersif utama) tidak lahir dari kudeta mesin terhadap manusia seperti film-film distopia lain atau oleh berkuasanya orang gila serupa Hitler atau diktator seperti Soeharto.
Nine muncul karena dikehendaki publik. Dikisahkan ---melalui dialog--- masyarakat Amerika Serikat memilih menyerahkan kebebasannya kepada Nine setelah mengalami pahitnya dampak Perang Sipil. Perang Sipil itu dipicu oleh perdebatan dan pertikaian di tengah masyarakat.
Pengetahuan menjadi kambing hitam. Publik meyakini bahwa perang disebabkan orang-orang berpengetahuan. Orang-orang yang bepengetahuan akan memiliki mimpi-mimpi, ideal-ideal. Ketika tiap-tiap orang memperjuangkan idealismenya, benturan gagasan dan konflik dalam tindakan akan terjadi. Ujungnya perang sipil!
Perang membuat orang tidak bahagia. Tentu saja. Karena itu pengetahuan menjadi musuh bersama. Buku sebagai sumber pengetahuan harus dilenyapkan. Orang-orang yang membaca, yang berpikir, yang memimpikan masa depan bersama yang lebih baik adalah para penjahat.
Demi kebahagiaan, orang-orang merelakan kebebasannya ke tangan kediktatoran teknologi. Mereka menciptakan diktator bagi diri sendiri.
Latar belakang novel Fahrenheit 451
Menurut Om Ben Travers, kritikus TV yang menulis untuk Indiewire.com, ada banyak perubahan besar dalam isi film Fahrenheit 451 tetapi tanpa mengubah tema.
Perubahan itu dibuat agar film lebih kontekstual dengan kondisi 2018. Contohnya, di dalam film yang dibakar bukan hanya buku tetapi juga  hard disk komputer. Kehadiran Nine, sistem jaringan sekaligus media daring tunggal yang mengontrol segala tampaknya juga baru ditambahkan di dalam versi film.
Saya menduga begitu sebab Om Ramin Bahrani, sutradara dan screen writer-nya katakan, "Really what [we're] getting into is consolidated internet and internet controlled not by a handful of companies but by one, right? Say if Google or Facebook joined forces and there was not much of anything else left, then they could control and censor anything. And suddenly physical things have a different power."