Tetapi Bung Oleng bersikukuh. Karena duduk di pojok, terpisah dari ibu itu oleh tubuh saya, Ia merasa aktivitas mengunyahnya tidak mengganggu si ibu.
Tetapi saya tak rela ia bisa menikmati kacangnya sementara saya harus menjaga diri toleran terhadap ibu yang berpuasa ini.
"Bunyi kunyahanmu terdengar ibu ini. Dia melirik padamu." Saya berbisik.
Mangkus! Bung Oleng menghentikan aktivitas mengunyah. Saya lantas mencoba tidur lagi.
***
Hari sudah senja ketika kami tiba di tempat tujuan. Bung Oleng tertidur pula rupanya. Saya  membangunkannya dan. buru-buru turun.
Saya terkejut. Begitu kaki menjejak tanah, Bung Oleng langsung muntahkan isi mulutnya. Bukan isi perut.
"Kau kenapa, Bro?"
"Karena takut mengganggu puasa ibu itu tadi, kacangnya saya isap saja, tidak kunyah. Tetapi kacang-kacang itu tetap utuh, tidak seperti permen mengaus. Saya lantas tertidur dengan kacang penuh dalam mulut."
Demikian, Om-Tante. Semoga senyum terbit di bibirmu.
Baca yang lain di Seri EDISI RAMADAN Tilaria Padika