"Sudah Tiga Hari, Jenasah Perempuan Korban Bunuh Diri Belum Dijemput Keluarga." Astagaaaaa. Gita!
Menurut berita, Gita meloncat dari tebing setinggi 50 meter di Pantai Balangan, Desa Ungasan, Kuta Selatan. Hingga 3 hari jenasahnya masih berada di ruang mayat Rumah Sakit Sanglah sebab keluarga di Jakarta yang dihubungi pihak rumah sakit mengaku tidak mengenali Gita.
"Pak, kita ubah arah, ya. Kita terus ke Denpasar, ke Rumah Sakit Sanglah."
***
"Apa nama almarhumah yang hendak diukir pada nisan, Pak?" tanya juru makam Setra Bugbug Desa Adat Denpasar.
"Non Mortuss Kartini. Ya, ukirkan itu pada nisannya, Pak."
Jenasah Gita telah dibaringkan di dasar makam. Sebelum makam kembali ditimbun, sebuah upacara sederhana dibuat. Hanya Badri, supir taksi, penggali makam, dan seorang Prejuru Banjar Desa Adat hadir di sana.
Badri memberikan pidato akhir untuk menghormati jenasah.
"Perempuan-perempuan hebat lahir, berjuang, lalu kalah. Mereka dikalahkan tradisi, keluarga, masyarakat, Â institusi-institusi kuno, adat dan paham tua. Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan bayinya dengan selamat. Gita meninggal tanpa pernah menjadi ibu. Tetapi seperti Kartini pernah berjuang dan menyerah, Gita juga pernah menjadi perempuan mahadirka sebelum akhirnya kalah. Perempuan-perempuan hebat senantiasa dilahirkan sejarah, tetapi sejarah adalah cerita kekalahan mereka dan kemenangan laki-laki. Ini dunia lelaki. Maka sejarah selalu history, bukan herstory. Kartini mati dan terlahir kembali, Kartini abadi. Selamat jalan. Non Mortuss Kartini. Kartini-Kartini abadi."
***
Tilaria Padika