"Entahlah. Kaupunya nalar untuk menilai sendiri, kan?"
Maka berlalulah si bocah penggembala. Seruling di ujung bibirnya menarikan nada-nana suka cita. "Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak sorai. Biarlah beria-ria padang dan segala yang ada di atasnya, Biar gemuruhlah laut serta segala isinya dan segala pohon di hutan bersorak-sorai."
Tetapi si petani ditangkap orang-orang. "Ia sudah pasti seorang Komunis," kata mereka.
***
Tilaria Padika
14112017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!