"Sssstttsss." Si gadis menoleh. "Konnichiwa, Ajisai-san. Mendekatlah."
Perempuan jelita itu mendekat dalam langkah ragu.
"Hajimemashite. Watashi no namae wa Jyestha desu.  Tanah air kara  kimashita. Aku datang untuk membebaskanmu."
"Oh benarkah, onii-san?"
"Ajisai-san harus segera keluar dari rumah ini setelah lewat tengah malam nanti. Besok Pengadilan Militer Internasional memvonis hukuman mati Hideki Tojo. Ia akan dieksekusi gantung di penjara Sugamo pada 23 Desember nanti.  Aku kuatir  orang akan mengambil kesempatan untuk membalas dendam pada Tojo dengan mengapa-apakan Ajisai-san."
"Namaku Cecilia. Aku tak tahu mengapa Nipong memanggilku Ajisai. Tetapi bagaimana Jeystha-san hendak membebaskanku?"
"Malam nanti akan kuceritakan. Ini, ambillah! Di bungkusan itu ada ramuan obat tidur untuk para begundal Taisei Yokusankai yang berjaga malam nanti. Campurkan dengan sake agar mereka tertidur pulas."
"Akan kulakukan."
"Baiklah, Ittekimasu, Cecil-san."
"Arigatou Gozaimasu, Jyestha-san. Itterasshai"
***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!