Bayangkan dirimu berada di taman. Tidak ada yang dilakukan selain memanjakan mata dengan bunga-bunga, lalu-lalang orang-orang menikmati kecupan angin, dan mentari yang entah mengapa selalu indah berpipi semu jingga di saat lelah. Kamu ingin berlama-lama di sana.
Tiba-tiba seorang asing duduk di sampingmu. Ia pun tak hendak apa-apa. Hanya duduk dan memandang orang-orang, dan bunga-bunga, dan awan-awan. Bukankah sebaiknya kalian berbincang, meski sekedar basa-basi yang sebentar dan terpenggal ketukan-ketukan panjang pada spasi. Namun bagaimana memulai? Ia tampak berhasrat ngobrol tetapi canggung untuk memulai. Mupeng kuli—muka pengen namun kurang nyali—istilahnya. Apa yang biasanya kita lakukan? Ah, ya, menawarkan permen atau rokok.
“Maaf, Anda mau?”
“Ah, ya, terima kasih. … Senja yang indah, bukan?”
“Iya, benar. Senang sekali berada di sini. Anda sering ke sini?”
Demikianlah percakapan berlanjut. Mungkin saja akan menjadi kisah panjang di kemudian hari, sebuah peluang bisnis, atau bisa jadi itu jodohmu yang ketujuh.
Demikian pula sebuah blog pada ramai taman daring yang saling asing. Bukankah terasa aneh jika tiba-tiba saja kita mengajak berkenalan seseorang di dunia maya tanpa pangkal sebab?
“Hallo, Neng, tinggal di mana?” Pesan pribadimu pada akun seorang perempuan di media sosial. Kalian tidak saling kenal sebelumnya. Ada peluang besar dirimu segera diblokir atau paling santun ya dicuekin, tak bertimpal halo.
Tentu akan lain ketika Kamu menyapa seseorang yang menglik “menarik” pada artikelmu di Kompasiana.
“Hei, terima kasih, ya. Kamu suka topik ini?”
“Oh, iya. Juga senang membaca caramu mengulasnya.”
“Ah, biasa saja. Kulihat cerpen-cerpenmu juga bagus. Kamu kerja di Alexis?”
Mungkin percakapan itu akan berpindah ke inbox media sosial, lalu ke whatsapp, dan tiba-tiba saja Kamu berada di beranda rumahnya, kan? Selanjutnya …hush! Jangan baper.
DUA. Blog adalah secangkir kopi Flores selepas kerja. Maka blogger adalah barista keren berjemari ajaib, sungguh mahir mengocok-ngocok. Racikannya membawa pulang musim semi pada hati dan nalar yang letih.