"Wayang-wayang tersebut dikhususkan. Kenapa dikhususkan? Karena dibutuhkan! Mereka itu lebih sensitif. Ingin tahu perlakuan masyarakat Jawa terhadap difabel? Nontonlah pertunjukan wayang," tutur Herman Sinung Janutama.
Sementara dalam perspektif agama, disabilitas dalam pandangan KH. Imam Aziz, salah satunya yang ia singgung adalah penyelenggaraan fasilitas umum. Konsep rukhsah yang merupakan dispensasi dalam Islam ini menurutnya dapat menjadi dilema ketika hal tersebut terkait masalah penyelenggaraan fasilitas umum terhadap penyandang disabilitas.
"Contoh kecil saat penyandang disabilitas ini adalah seorang tunarungu. Ketika ia melaksanakan shalat Jumat saat khotbah berlangsung mau tidak mau penyandang disabilitas ini mengalami diskriminasi akibat tidak adanya fasilitas, sarana yang memudahkannya bisa mendengar khotbah Jumat karena keterbatasan yang dimiliki para penyandang disabilitas tidak diikuti oleh ketersediaannya sarana itu," terang KH. Imam Aziz.
Dengan masih kurang adanya perhatian di beberapa bidang, dirinya berharap kedepan pihak-pihak atau stakeholder, para penyelenggara ini mampu memperbaiki pelayanan fasilitas-fasikitas umum yang wajib untuk dipenuhi. Jika, fasilitas umum ini terpenuhi diharapkan bisa memberikan akses terhadap siapa saja yang membutuhkan terutama bagi para penyandang disabilitas.
"Berbicara kesempurnaan Tuhan. Kita semua yang ada di sini adalah cerminan kesempurnaan Tuhan. Difabel yang lahir dengan kekurangan, justru kesempurnaannya ada di situ. Proses hingga lahirnya sama, kok hasilnya beda? Dan itu bisa hidup dan bertahan. Kalau tidak ada yang namanya kesempurnaan Tuhan tidak mungkin itu terjadi bukan," tutur Cak Fuad sebagai moderator mengakhiri diskusi lokakarya tematik siang itu.
Suharto, Direktur Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia menyampaikan, Temu Inklusi ini merupakan event yang diselenggarakan dua tahun sekali. Kedepan, akan direncanakan kegiatan ini dilaksanakan di daerah lain, agar semangat inklusi bisa lebih merata di seluruh wilayah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H