Begitu tangis Taufiq memandang negeri ini, di suatu masa, dalam ketajaman imajinasi sebagai anak bangsa, yang ingin membanggakan negerinya.
Yah,
 Langit pertiwi belum merah, iga-iga di ufuk jauh masih menyimpan energi kekuatan nasionalisme bangsa untuk segera dijemput dengan kesungguhan.
Pegusiran beliau itu adalah secuil dari fenomena untuk segera memanggil kesungguh menjemput rasa nasionalisme itu. Sebelum rasa nasionalisme itu hilang ditelan keterlenaan bangsa atas bias dan puja-puja bisik kaum serakah dari belahan dunia sana.
Artinya, cinta sastra, cinta karya, cinta imajinasi, cinta kreasi, tidak akan pernah membendung seseorang untuk bersuara keras atas keberlangsungan hidup berbangsa. Karena ini adalah bumi Indonesia, bumi Pancasila. Ruh berke-Tuhanan dan keadilan sosial bagian yang tak terpisahkan untuk merajut demokrasi bangsa.
Salam Indonesia jernih, teduh, dan religius
 Semoga bermanfaat.
Â
Kertonegoro, 24 April 2016
 Salam,
Akhmad Fauzi
Â
Ilustrasi dari : iluni.net
Â