Rasisme adalah topik sensitif yang sayangnya masih ada di banyak negara dengan latar belakang budaya yang berbeda. Pembahasan ras sendiri merupakan salah satu dari empat hal yang tidak boleh dilakukan oleh publik kecuali hubungan suku, agama dan antargolongan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rasisme adalah prasangka seseorang berdasarkan asal kebangsaannya atau anggapan bahwa rasnya sendiri adalah ras yang unggul. Prasangka atau persepsi ini menyebabkan seseorang memperlakukan orang lain dari ras yang berbeda secara tidak adil atau sepihak.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres dari pengalaman negatif terkait ras dapat memiliki efek yang bertahan lama. Stres dapat mempengaruhi tekanan darah dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, yang dapat mempengaruhi dan mengembangkan kesehatan jangka panjang.
Apa itu trauma rasial?Â
Trauma rasial adalah munculnya reaksi fisik dan emosional setelah seseorang mengalami pengalaman buruk dengan rasisme, kekerasan atau diskriminasi. Trauma rasial dapat berbeda dari orang ke orang. Rasisme berdampak signifikan pada kualitas hidup sehari-hari. Rasisme cukup diasosiasikan dengan kesehatan mental yang buruk.
Rasisme yang juga menjadi masalah sosial di Indonesia dan sering terjadi adalah orang Papua yang didiskriminasi dan ditindas. Orang Papua sering menjadi korban rasisme di berbagai tempat. Rasisme  disebabkan oleh perbedaan warna kulit yang mencolok. Banyak orang berpikir bahwa orang Papua berbeda dari orang lain, padahal menurut saya pribadi ini adalah sebuah keanekaragaman toleransi.
Dalam beberapa kasus, ini mirip dengan kilas balik negatif atau PTSD, dimana korban memutar ulang peristiwa buruk di kepalanya dan dapat memengaruhi kualitas hidupnya setiap hari.
Gejala-gejala yang dapat terjadi yaituÂ
1. harga diri rendah
2. pola tidur tidak teratur
3. kewaspadaan tinggi untuk menghindari bahaya