Mohon tunggu...
Tifani Agatha Yohana
Tifani Agatha Yohana Mohon Tunggu... Guru - Rakyat biasa

Dengan kompasiana, saya mencoba berbagi pengetahuan yang saya tahu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rasisme dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Kita

16 Februari 2023   17:00 Diperbarui: 16 Februari 2023   16:57 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasisme adalah topik sensitif yang sayangnya masih ada di banyak negara dengan latar belakang budaya yang berbeda. Pembahasan ras sendiri merupakan salah satu dari empat hal yang tidak boleh dilakukan oleh publik kecuali hubungan suku, agama dan antargolongan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rasisme adalah prasangka seseorang berdasarkan asal kebangsaannya atau anggapan bahwa rasnya sendiri adalah ras yang unggul. Prasangka atau persepsi ini menyebabkan seseorang memperlakukan orang lain dari ras yang berbeda secara tidak adil atau sepihak.

Banyak penelitian menunjukkan bahwa stres dari pengalaman negatif terkait ras dapat memiliki efek yang bertahan lama. Stres dapat mempengaruhi tekanan darah dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, yang dapat mempengaruhi dan mengembangkan kesehatan jangka panjang.

Apa itu trauma rasial? 

Trauma rasial adalah munculnya reaksi fisik dan emosional setelah seseorang mengalami pengalaman buruk dengan rasisme, kekerasan atau diskriminasi. Trauma rasial dapat berbeda dari orang ke orang. Rasisme berdampak signifikan pada kualitas hidup sehari-hari. Rasisme cukup diasosiasikan dengan kesehatan mental yang buruk.

Rasisme yang juga menjadi masalah sosial di Indonesia dan sering terjadi adalah orang Papua yang didiskriminasi dan ditindas. Orang Papua sering menjadi korban rasisme di berbagai tempat. Rasisme  disebabkan oleh perbedaan warna kulit yang mencolok. Banyak orang berpikir bahwa orang Papua berbeda dari orang lain, padahal menurut saya pribadi ini adalah sebuah keanekaragaman toleransi.

Dalam beberapa kasus, ini mirip dengan kilas balik negatif atau PTSD, dimana korban memutar ulang peristiwa buruk di kepalanya dan dapat memengaruhi kualitas hidupnya setiap hari.

Gejala-gejala yang dapat terjadi yaitu 

1. harga diri rendah

2. pola tidur tidak teratur

3. kewaspadaan tinggi untuk menghindari bahaya

4. stres kronis

5. penyalahgunaan zat

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Medical News Today menunjukkan bahwa status sosial ekonomi yang rendah mempengaruhi kesehatan fisik sebanyak merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan dan pola makan yang buruk, serta masalah kesehatan mental yang biasanya menetap. Menerima dukungan dari teman sebaya dan masyarakat serta bersikap terbuka tentang pengalaman rasis dapat menjadi cara yang efektif untuk menghadapi tekanan rasisme dan diskriminasi.

Banyak hal yang dapat menyebabkan munculnya atau berlanjutnya rasisme di masyarakat, salah satunya adalah stereotype yang diturunkan dari generasi ke generasi. Stereotip kemudian dapat menimbulkan in-group, yaitu kelompok eksklusif yang merasa memusuhi out-group. Namun, belum terlambat untuk mengambil tindakan pencegahan untuk meminimalkan rasisme. Tindakan preventif untuk mencegah berkembangnya rasisme antara lain:

  • Mengajari anak perbedaan ras yang ada dalam masyarakat dan sikap yang harus mereka tunjukkan kepada orang yang berbeda dari diri mereka sendiri. Pengajaran ini harus dimulai sedini mungkin.
  • Jangan diam saat melihat orang yang menjadi korban rasisme. Lindungi dia atau lindungi dia dari pelaku intimidasi jika memungkinkan.
  • Mencari teman tanpa memandang kebangsaan, kepercayaan, ras dan golongan.
  • Melakukan kegiatan dengan orang-orang dari ras yang berbeda.
  • Merancang kurikulum yang menekankan kohesi antarkelompok atau ras ketika bekerja sebagai guru atau pendidik
  • Memilih pemimpin berdasarkan kompetensi, bukan ras. Hal ini karena masyarakat yang tergolong minoritas memiliki hak politik yang sama dengan mayoritas.

Tidak mudah mengubah pikiran orang tentang ras tertentu. Ada juga isu rasisme yang tidak akan hilang dalam waktu dekat. Namun, Anda setidaknya memiliki peran untuk memastikan generasi mendatang tidak menggunakan pola pikir negatif yang sama. Oleh karena itu, rasisme diharapkan tidak berkembang terlalu jauh ke depan jika langkah-langkah kecil tersebut diterapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun