10. Dan pembentukan pos TB-Paru yg didanai melalui swadaya masyarakat dan dana desa.
11. Sosialisasi serta penyuluhan TB-Paru yang dilakukan petugas kesehatan baik melalui dana BOK maupun dana Desa dengan mengundang petugas kesehatan ke desa-desa.
Sehingga dalam pengobatan TB-Paru sangat memudahkan pasien, jika ada masyakarat mengalami gejala batuk lebih dari 2 minggu,nafsu makan berkurang, berkeringat dingin dimalam hari, dan berat badan menurun, maka sampai ke kader TB-Paru atau ke Pos TB-Paru di desa sehingga kader TB-Paru dan Bidan Desa akan menyampaikan kepetugas puskesmas kemudian petugas puskesmas akan melakukan pemeriksaan sptum, mulai dari skreening, penjemputan sputum ke rumah suspeck TB-Paru, pengantaran obat, Pendampingan obat, pengantar rujukan bila diperlukan pemantauan pada pasien TB-Paru sampai pasien dinyatakan sembuh.
 Budaya, sosial dan prilaku sangat mempengaruhi dalam pemberantasan penyakit TB-Paru, karena masyakarakt masih primitif, dan masih kental terhadap tradisi nenek moyang dalam hal pandangan penyakit TB-Paru sebagai kutukan atau guna-guna sehingga sangat perlu peran dari camat, kepala desa, kader dan masyarakat dalam mensosialisasikan penyakit TB-Paru.Â
Kartika setyariniÂ
Mahasiswa S.2 Public Health
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H