“Ikat kepala laki-laki? Iya tapi itu milik...” perkataan Surati tidak diperhatikan sama sekali oleh Raden Banterang.
Raden Banterangpu masuk ke dalam kamar dan melihat di bawah bantal sang istri terdapat barang yang sama persis yang di katakan oleh pria misterius itu. Dia sangat terkejut akan hal tersebut. Karena hal tersebut marahlah Raden Banterang yang merasa telah dikhianati oleh sang istri. Dia langsung menyeret dan membawa sang istri ke tepi sungai yang dalam. Surati yang tidak tau menahu hanya diam saja di bawa oleh sang suami ke tepi sungai itu.
“Berani-beraninya kau melakukan itu.”
“Melakukan apa kakanda?”
“Kau berniat membunuhku kan, dengan menggunakan ikat kepala laki-laki yang telah kau simpan di bawah bantalmu itu.”
“Jadi, kakanda telah bertemu dengan kakak?”
“Kakak siapa? Aku tidak mengenalnya. Aku hanya bertemu dengan pria yang mirip seperti pengemis dia memberi tahuku tentang rahasiamu selama ini.”
Surati kemudian menceritakan, ketika sang suami pergi berburu. Dia bertemu dengan seorang pria misterius yang terlihat seperti pengemis, pria itu ternyata adalah kakaknya yang telah lama hilang sejak kejadian perang Kerajaan Klungkung tersebut. Kakaknya bernama Rupaksa ini memiliki dendam dan motif yang buruk kepada Raden Bnaterang dan Keluarganya. Dia menyuruh Surati untuk membunuh suaminya. Akan tetapi, Surati tidak mau karena dia tau suaminya adalah orang yang baik dan tidak mungkin dia melakukan hal sekeji itu, untuk menghancurkan Kerajaan Klungkung.
Bahkan, dia berusaha untuk menahan kakaknya supaya tidak membalaskan dendamnya terhadap Raden Banterang. Karena, Surati sudah sangat menyayangi dan mencintai Raden Banterang. Rupaksa sangat marah karena adiknya tidak mau mendengarkannya, dan lebih memihak suaminya daripada kakaknya sendiri.
Oleh karena itu, untuk membalaskan dendam atas nama keluarganya. Akhirnya dia punya motif lain untuk mengadu domba antara adiknya dan suaminya dengan memberikan ikat kepala laki-laki kepada adiknya dan menyuruhnya untuk menaruh di bawah bantalnya sebagai tanda jika dia tidak akan membalas dendam terhadap Raden Banterang. Raden Banterang yang mendengar hal itu tetap tidak percaya terhadap sang istri. Dia kemudian menghunuskan pedangnya ke dada sang istri. Akan tetapi, sebelum Surati jatuh ke sungai dia mengatakan sesuatu.
“Ketika aku jatuh ke sungai ini dan sungai ini berubah warna menjadi keruh dan berbau busuk maka aku telah berbohong kepadamu. Namun sebaliknya, jika warna air sungai ini bening dan berbau harum maka aku telah berkata jujur.” Ucap Suarati, yang kemudian jatuh ke dalam sungai