Mohon tunggu...
Tias Bakaro
Tias Bakaro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fisip - Universitas Jember

-

Selanjutnya

Tutup

Financial

IMF Peringatkan Sepertiga Ekonomi Global Akan Mengalami Resesi di Tahun 2023

4 April 2023   03:19 Diperbarui: 4 April 2023   03:30 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semenjak hal itulah, China kemudian membatalkan kebijakan nol Covid dan kembali membuka perekonomiannya meskipun inveksi dari virus corona masih tetap menyebar secara cepat di negara tersebut. 

Georgieva Kembali mengeluarkan warning bahwasannya China sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tentu akan menghadapi awal tahun yang sulit. 

"Dalam beberapa bulan kedepan China akan mengalami kesulitan, dan dampaknya terhadap pertumbuhan perekonomian tentu tidak baik, begitu juga dengan dampak yang timbul terhadap Kawasan dan pertumbuhan secara global," kata dia. 

Dalam hal ini, International Monetary Fund tentu saja memiliki peran sebagai system peringatan dini dalam hal ekonomi sebagai organisasi internasional yang beranggotakan 190 negara, dimana juga berkomitmen untuk menstabilkan perekonomian global.

Statement daripada Kristalina Georgieva ini tentu dapat memicu kekhawatiran masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali negara-negara Asia yang juga mengalami masa sulit di tahun 2022. Inflasi juga semakin meningkat setiap harinya bahkan di seluruh Kawasan, sebagai besar inflasi ini dipicu oleh perang di Ukraina, sementara suku buka yang semakin tinggi juga memukul sector bisnis dan juga rumah tangga. 

Angka yang dikeluarkan pada bulan Februari kemarin menunjukkan bahwa ekonomi China semakin melemah sejak akhir tahun 2022. Indeks pembelian resmi (PMI) pada bulan Desember juga memperlihatkan bahwasannya aktivitas industrialisasi ataupun pabrik-pabrik di China menyusut selama kurang lebih tiga bulan berturut-turut, dan hal tersebut juga merupakan penyusutan tercepat yang dialami oleh China dalam hamper tiga tahun terakhir karena adanya virus corona yang menyebar luas di negara tersebut. 

Pada hari Sabtu (31/12), dalam pernyataan public perdananya setelah mencabut kebijakan nol Covid, Presiden China yaitu Xi Jinpig terus menyerukan upaya dan memperkuat persatuan saat China mulai memasuki "fase baru".

Sedangkan penurunan ekonomi yang terjadi di AS berarti permintaan terhadap produk-produk buatan di China dan juga produk yang diproduksi di negara-negara Asia lainnya seperti Thailand dan Vietnam juga terus mengalami penurunan. 

Suku bunga yang lebih tinggi juga mengakibatkan pinjaman menjadi lebih mahal, yang kemudian mengakibatkan banyak perusahaan lebih memilih untuk tidak berinvestasi dalam mengembangkan bisnis mereka. 

Pertumbuhan perekonomian yang semakin melemah dapat memicu investor menarik diri sehingga mengakibatkan negara-negara, terutama negara miskin dan bekembang semakin kesulitan untuk mengimpor bahan makanan dan energi karena kekurangan dana. 

Dampak yang muncul dari suku bunga yang tinggi terhadap pinjaman dapat mempengaruhi ekonomi pada level pemerintahan, terutama di negara-negara berkembang yang mungkin akan mengalami kesulitan dalam membayar utang-utang mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun