Mohon tunggu...
Reinard Sandya Wisanggeni
Reinard Sandya Wisanggeni Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris Seminari Menengah Mertoyudan

Oke

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlukah Belajar Materi Esok Hari?

9 Maret 2024   11:29 Diperbarui: 9 Maret 2024   11:58 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/

Ada dualisme yang jelas dari sisi positif dan negatif terkait habitus ini, yang diterapkan di zaman sekarang. Perbedaan sekaligus celah terbesar dari metode konvensional ini tentunya adalah perubahan zaman, bagaimana tuntutan juga berubah, serta cara-cara untuk memenuhi tuntutan itu. Setiap zaman memiliki medan perjuangannya sendiri-sendiri, dan tentu perlu modifikasi metode di sini, atau yang kerap kita sebut ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).

Secara zaman lebih menekankan minat sebagai urgensi materi pembelajaran, maka dengan fasilitas yang ada pelajar diharapkan juga dapat mengeksplorasi minatnya di luar sekolah. Eksplorasi minat di sini berarti belajar, dan secara langsung hal ini berarti bahwa di zaman ini pun habitus mempelajari materi esok hari tetap bisa dilakukan. Pasti terkesan tak seperti dahulu, namun dengan konteks zaman yang ada, metode ini menjadi alternatif yang baik diterapkan.

Belajar tak harus sehari sebelumnya, namun alangkah baiknya jika pelajar mau mempelajari materi esok hari. Terlebih bila yang dipelajari betul sesuai dengan materi pembelajaran yang serba fleksibel dalam kurikulum merdeka ini. Akan tetapi selain belajar sehari sebelumnya, zaman sudah menyediakan berjuta alternatif untuk metode studi yang - secara subjektif - lebih efektif.

Tempora mutantur et nos mutamur in illis, sebuah peribahasa latin yang berarti, "waktu berubah dan kita pun turut diubah di dalamnya." Tak hanya para generasi pendahulu yang kerap dicap menuntut, generasi Z pun juga sesekali harus dituntut, agar kita bersama berubah. Bukan oleh perspektif dan pengetahuan empiris para pendahulu semata, namun juga oleh zaman dan alam sendiri.

Tak sekedar 'kerja sama,' butuh 'sinergi' di sini, kerja sama yang memaksimalkan potensi satu sama lain dan menumbuhkan, bukan memanjakan. Peran sebagai formator yang senantiasa membimbing dan mengarahkan sangat krusial di sini, begitu pula dengan peran sebagai formandi yang siap diformat untuk jadi lebih baik. Bukan semata perkara metode mana yang lebih baik, namun sejauh mana metode itu dapat diterapkan kini. Sinergi yang membuat kita bersama melangkah, berani berubah dan berbuah baik bagi sesama serta dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun