Pembiasaan adalah tahap terakhir dalam proses menjadi manusia baik. Pada tahap ini, tindakan baik yang dilakukan secara konsisten menjadi kebiasaan. Pembiasaan adalah proses di mana perilaku positif diulang hingga menjadi bagian dari identitas individu. Ketika individu secara teratur melakukan tindakan yang mencerminkan nilai-nilai positif, perilaku tersebut menjadi otomatis dan tidak lagi memerlukan pemikiran yang mendalam.
  Aristotle berpendapat bahwa "kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali," yang menunjukkan bahwa kebiasaan baik adalah fondasi untuk mencapai keunggulan moral. Pembiasaan membantu memperkuat karakter dan memastikan bahwa individu tidak hanya berperilaku baik dalam situasi tertentu, tetapi juga dalam berbagai konteks. Kebiasaan baik, seperti disiplin, ketekunan, dan empati, akan membentuk individu menjadi pemimpin yang efektif dan berintegritas.
Kepemimpinan sebagai "Practical Wisdom"
Â
   Kepemimpinan yang efektif tidak hanya bergantung pada pengetahuan dan keterampilan teknis, tetapi juga pada kebijaksanaan praktis yang mendalam. Dalam tradisi pemikiran Aristotelian, dua konsep kunci yang berperan dalam pengembangan kebijaksanaan ini adalah "Sophia" dan "Phronesis." Meskipun keduanya berhubungan dengan pengetahuan, mereka memiliki perbedaan yang signifikan dalam konteks penerapan dalam kepemimpinan.
1. Definisi Sophia dan Phronesis
Sophia merujuk pada kebijaksanaan teoritis atau pengetahuan yang bersifat universal dan abstrak. Ini adalah pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasari realitas, termasuk nilai-nilai moral dan etika yang berlaku secara umum. Sophia adalah pengetahuan yang diperoleh melalui refleksi mendalam dan pemahaman filosofis, dan sering kali dianggap sebagai bentuk kebijaksanaan tertinggi. Di sisi lain, Phronesis adalah kebijaksanaan praktis yang berfokus pada tindakan dan pengambilan keputusan dalam konteks kehidupan sehari-hari. Phronesis melibatkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan teoritis dalam situasi konkret dan kompleks. Ini adalah tentang mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk dalam konteks tertentu dan mengambil tindakan yang sesuai. Dalam kepemimpinan, phronesis menjadi landasan untuk membuat keputusan yang bijaksana dan etis.
2. Peran Sophia dalam Kepemimpinan
Sophia memberikan dasar teoritis bagi pemimpin untuk memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam menjalankan kepemimpinan. Pemimpin yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip etika dan moral akan lebih mampu menghadapi tantangan dan dilema yang muncul dalam proses pengambilan keputusan. Sophia membantu pemimpin untuk melihat gambaran besar dan mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka. Dalam konteks kepemimpinan, pemimpin yang didorong oleh sophia akan berusaha untuk menciptakan visi yang jelas dan tujuan yang bermakna bagi organisasi. Mereka akan memimpin dengan integritas dan keadilan, serta berkomitmen untuk memajukan kebaikan bersama. Dengan memahami nilai-nilai universal, pemimpin dapat membangun kepercayaan dan kredibilitas di antara anggota tim dan masyarakat yang lebih luas.
3. Phronesis: Kebijaksanaan Praktis dalam Tindakan