Mohon tunggu...
JPIC Kapusin Medan
JPIC Kapusin Medan Mohon Tunggu... Lainnya - Capuchin Brother

Fransiskan Kapusin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patris Corde: Inspirasi Hati Bapa(k) dalam Diri Yusuf

18 Desember 2020   09:55 Diperbarui: 26 April 2021   14:38 3312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patris Corde. | crumbz.org

Dalam banyak lagu orang Batak Toba, figur seorang bapak dideskripsikan sebagai seorang petarung gigih, pejuang, pencari nafkah (amang parsinuan), dan pelindung keluarga. Banyak pula penyanyi Toba yang begitu terinspirasi atas perjuangan keras bapaknya yang berbuah baik bagi dirinya. 

Lagu Amang Naburju, misalnya yang diciptakan oleh Abidin Simamora. Di dalam lagu itu, si pencipta begitu memuji figur (barangkali) bapaknya yang sungguh baik hati. Sejak kecil, pencipta lagu begitu dituntun agar menjadi anak yang baik. Demikianlah usaha si bapak berbuah nikmat, cita-cita si anak (pencipta lagu) tercapai.

Saya pikir, bukan hanya di kalangan Toba ungkapan seperti itu ada. Di berbagai budaya dan kelompok masyarakat, pasti ada luapan emosi terhadap figur luar biasa seorang bapak. Dan inilah yang menjadi suatu permenungan bagi Paus Fransiskus untuk mengumumkan bahwa 8 Desember 2020-8 Desember 2021 menjadi Tahun Santo Yosef.

Baca Juga: Paus Umumkan Tahun Santo Yusuf, Ini Cara Dapatkan Indulgensi

Sembari mengumumkan tahun khusus ini bagi umat Katolik, Paus Fransiskus mengeluarkan Surat Apostolik Patris Corde (Hati Seorang Bapa). Di dalamnya, Sri Paus sungguh memaparkan secara sederhana siapa Santo Yosef yang telah diangkat menjadi Pelindung Gereja Semesta 150 tahun yang silam.

Keutamaan Santo Yusuf

Santo Yusuf yang menjadi sentral deskripsi Paus Fransiskus adalah suami Maria, ayah Yesus Kristus. Ia seorang tukang kayu di Nazareth. Menikah dengan Maria oleh karena rencana Sang Ilahi. Namun, selebihnya tidak banyak dikisahkan tentang Yusuf dalam Kitab Suci orang Kristen. Sekalipun demikian, magisterium dan warisan tradisi Gereja sejak abad pertama telah banyak berbicara tentang teladan sang santo. 

Yusuf adalah seorang lelaki yang sederhana namun beriman teguh kepada Tuhan. Ia menjadi seorang bapak yang sungguh dikasihi banyak orang. Kehadirannya dalam keluarga yang membimbing dan membesarkan Yesus didasari oleh kasih dan kelemahlembutan hati. 

Demikian juga sikap ini diperbuat kepada Maria, istrinya. Selain itu, di dalam diri Yusuf tertanam ketaatan sejati kepada Allah. Pernah Yusuf merasa ragu untuk mengambil Maria menjadi istrinya. 

Namun, Tuhan tidak membiarkan hal itu mengganggu iman Yusuf. Diminta-Nya Yusuf untuk tetap percaya dan setia, maka Yusuf pun taat pada Tuhan dan melakukan segala yang diminta-Nya.

Sebagai seorang yang takwa pada Tuhan, Yusuf tidak pernah mundur dari segala tantangan yang dialaminya. Meskipun hanya seorang tukang kayu, ia tekun bekerja untuk menghidupi keluarga yang dimilikinya. 

Ia dengan berani meretas pandangan yang meremehkannya, "Bukankah ia hanya seorang tukang kayu?" Keberaniannya berhadapan dengan pandangan sebelah mata orang justru menjadi nilai plus Yusuf. 

Maka, Gereja Katolik berani bersaksi bahwa dengan melihat, mempelajari, menedalani, dan menghayati keutamaan Yusuf - bapak yang sederhana - Gereja sampai pada figur Bapa di surga.

Meniru Teladan Yusuf

Saya merasa sangat tertarik akan Surat Patris Corde. Di dalam tulisan Paus Fransiskus tersebut, tercermin suatu seruan sekaligus ajakan kepada dunia untuk belajar dari pribadi Yusuf yang gemilang. 

Kisah hidup Yusuf memang tidak sepopular orang kudus lainnya. Ia boleh dikatakan hanya bekerja "di balik layar". Namun, perannya yang tak popular itu justru memikat hati Paus dan lahirnya suatu refleksi atas hati bapa yang sesungguhnya. 

Mari kita berpikir dan berpandangan secara umum, walaupun akan sulit. Bagi saya, Yusuf menjadi model untuk semua umat manusia secara keseluruhan, pars pro toto. Berbicara tentang Yusuf, bisa berbicara tentang kaum bapak secara umum pun umat manusia secara keseluruhan. 

Ketulusan hati, kerja keras, sikap menerima, terbuka untuk kebaikan bersama, dan ketakwaan terhadap Tuhan perlu dipelihara atau dipelajari. Sebenarnya, dalam diri setiap orang, keutamaan seperti ini sudah terpatri secara metafisik. Hanya, mengapa tidak muncul, karena kurang optimalisasi melatih diri dan refleksi.

Hati seorang bapak adalah hati yang menaungi dan melindungi anak dan istri. Hal ini perlu disadari oleh kaum bapak. Setelah mengikrarkan janji pernikahan, selekas itulah ia punya tanggung jawab menafkahi, menjaga, memelihara, dan membuat keluarga menjadi bahagia. 

Sudah seyogyanya seorang bapak bekerja secara kreatif menghidupi anak istrinya, bukan dihidupi karena bermalas-malasan. Walau akan ada kesulitan, seperti Covid 19 ini, si bapak tetap setia pada keluarganya dan tidak malu akan situasi keluarga. 

Ketakwaan si bapak akan sangat berpengaruh kepada keluarga, sebab dengannya anak, istri, dan orang banyak akan mampu merasakan kasih Allah yang sesungguhnya.

Bagi siapa saja yang juga membaca tulisan ini, marilah kita semakin mencintai bapak kita. Kita dukung juga mereka. Terakhir kali berbagi paket makanan, saya sungguh tersentuh dengan seorang bapak yang mengambil paket itu bukan untuk dirinya, tetapi untuk anaknya yang ada di becaknya. 

Baca Juga: Resensi Buku "Mencintai Santo Yusuf" Menguak Misteri Tunangan Maria

Kami saksikan itu di balik kaca mobil yang kami pakai untuk berbagi makanan. Ia hanya minum saja, sementara anaknya lahap makan. Tidak akan ada kita sekarang ini, kalau bapak kita tidak ada. 

Untuk itu, walau mungkin kita punya pengalaman traumatis dengan bapak kita, sudah saatnya dengan membaca tulisan Paus Fransiskus kita membuka diri untuk berdamai dengan itu.

Kita perlu belajar bagaimana kelak menjadi bagian dari suatu keluarga. Bisa saja keluarga itu dimengerti sebagai keluarga normal (ayah, ibu, anak) atau keluarga kelompok/perkumpulan atau keluarga kongregasi/ordo/tarekat religius. 

Agar keluarga itu bertahan dan rukun, kiranya cinta kasih, sikap menerima, berbagi, reflektif, mau bekerja keras dan tidak malu pada pekerjaan sekecil apa pun itu (asal halal), dan rendah hati (tidak ingin dipandang wow) perlu ditanam dan dipupuk sejak kecil. 

Maka, menutup tulisan ini, saya pinjam kata-kata Paus untuk berbuat baik dengan penuh kasih meski kita orang-orang "biasa" yang bisa jadi tidak dikenal orang lain. Sebab, perbuatan kasih itulah yang amat diperlukan dunia sekarang ini. Kalau Tuhan menghendaki, akan tiba waktunya nama, jasa, dan kebaikan kita akan dikenang dunia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun