Mohon tunggu...
Tia Sulaksono
Tia Sulaksono Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Random writer, suka menulis apapun. Buku solo: Petualangan Warna-Warni (kumpulan cerpen anak), JERAT KELAM (antologi cerpen horor). Dan 17 buku antologi puisi dan cerpen.

Perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik tanpa pemanis buatan. Hanya ingin dikenal melalui karyanya. Betina misterius dan keras kepala. Jangan panggil bu, karena bukan ibu-ibu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Pucat Berkarat

12 September 2024   19:32 Diperbarui: 13 September 2024   12:20 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hatiku terasa berdenyut. Aku harus apa setelah ini? Sementara wajah Vanilla tak sedikitpun hilang dari ingatan. Bahkan sekarang baunya mulai mengusik ketenanganku. Aroma biskuit panggang yang tajam.


"Saya datang lagi, Ki. Saya ingin menambah pesona kecantikan saya hingga makin banyak lagi lelaki yang jatuh cinta."


Terdengar suara merdu dari ruang praktik bapak. Entah karena rasa rindu yang membuncah ataukah aku sudah gila. Suara itu, seperti suara yang menyebutkan kata 'oh' dan 'terima kasih infonya'.


Tanpa sadar, kakiku bergerak ke arah sumber suara. Mengintip dari luar ruangan yang hanya dibatasi kelambu tipis. Seketika mataku melotot seolah ingin keluar dari cangkangnya setelah melihat pemandangan di dalam sana. Kurasa wajahkupun memucat.

Seorang gadis tampak mengiris jari tengahnya, yang lalu mengucurkan sedikit darah pada sebuah cawan. Tangan yang tak tergores masih saja sempat menyibakkan poninya. Mulutku tanpa sadar memanggil gadis itu lirih, "Vanilla." Aku melangkah mundur kemudian pergi dengan perasaan tak utuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun