Mohon tunggu...
Tia Sulaksono
Tia Sulaksono Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Random writer, suka menulis apapun. Buku solo: Petualangan Warna-Warni (kumpulan cerpen anak), JERAT KELAM (antologi cerpen horor). Dan 17 buku antologi puisi dan cerpen.

Perempuan biasa yang terbuat dari bahan organik tanpa pemanis buatan. Hanya ingin dikenal melalui karyanya. Betina misterius dan keras kepala. Jangan panggil bu, karena bukan ibu-ibu.

Selanjutnya

Tutup

Horor

Tledhek Desa Kedungmati

16 Agustus 2024   11:43 Diperbarui: 26 Agustus 2024   13:02 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design by Canva (TiSu Dok)

Seorang gadis dengan tahi lalat di lidahnya yang menjulur-julur, berjalan melintasi keramaian. Tahi lalat itu hitam bulat sempurna menyembul antara papila. Letaknya tepat di ceruk sulkus median. Konon menurut kabar yang terbawa angin, ia adalah putri sang angkara yang terlahir ketika bulan bulat merona. 

"Gadis iblis," bisik seorang perempuan sembari terus membetulkan cepol rambutnya agar lebih tinggi.

"Lihatlah tatapan matanya!" sahut yang lain pada Mirah, perempuan bercepol tadi. Seperti biasa, jika ada sesuatu yang tak sesuai kelaziman penduduk desa, maka mulut-mulut akan menjadi lebih panjang. 

"Mulutnya berbisa khas perempuan penggoda. Hati-hati suamimu, Rah." Dipanasi seperti itu, dada Mirah terbakar. Rambut cepolnya ia bongkar dan pasang lagi lebih tinggi, seolah hendak menunjukkan keangkuhannya.

"Kata kang Sapar dia tledhek desa Kedungmati." Mirah membuat suara lagi. Sementara tangannya sibuk mengemas barang belanjaan milik pelanggannya menggunakan keranjang kayu.

"Desa yang hilang itu?" 

"Ya. Sepertinya dia juga tak makan makanan manusia." Dan cerita-ceritapun terus bergulir dengan tambahan bumbu perkiraan yang dilebihkan agar terdengar menarik. Selalu seperti itu.

Gadis itu bernama Srikanti. Tak seorangpun mengetahui dengan pasti dari mana asalnya. Semua informasi tentangnya hanyalah kabar burung. Srikanti datang bersama rombongan penari atau biasa disebut tledhek, yang menghibur di pendopo kademangan tiap Jumat malam.

Dalam setiap tarian Srikanti, mengundang angin. Angin itu meliuk di antara pepohonan lalu mematahkannya beberapa. Membuat dingin sekaligus panas suasana. Para lelaki akan betah berlama-lama memandangnya. Tak ada yang bisa lepas dari pesona Srikanti.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun