Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Telapak Tangan Perempuan, Menyokong Transisi Energi Keberlanjutan

20 Juni 2024   22:24 Diperbarui: 20 Juni 2024   23:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tindakan perempuan diilhami hidup sehari-hari, langkahnya panjang sebab tak hanya mengurus diri sendiri." (Najwa Shihab)


Perempuan adalah sosok yang hebat, menjalankan perannya penuh dedikasi dengan cinta yang tulus dan hangat.

Di balik anggapan bahwa perempuan adalah sosok yang lemah, kenyataannya mereka memiliki semangat yang kuat.

Bahkan tidak sedikit dari kita mendengar tentang kisah-kisah perempuan yang sangat menginspirasi dalam melakoni dan menjalani kehidupannya.

Harus diakui pula, bahwa perempuan itu sering sekali ditemukan sebagai sosok yang telah selesai dengan dirinya.

Faktanya, perempuan bukan lagi sekadar mengurus diri sendiri, tetapi menjadi tonggak yang kukuh dalam sebuah keluarga, masyarakat, hingga bangsa.

Dalam sebuah keluarga, peran seorang perempuan itu memang begitu penting.

Misalnya, peran perempuan sebagai istri itu harus mendukung suami dan mengasuh anak-anak.

Dalam hal pengasuhan anak-anak, seorang perempuan sering sekali memiliki peran sentral untuk merawat, memperhatikan kesehatan, serta mendidik anak-anak.

Seorang perempuan juga memiliki tanggung jawab besar dalam mengurus rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, menjaga agar rumah tetap dalam keadaan nyaman dan teratur.

Bukan berarti semuanya menjadi tanggung jawab perempuan, ternyata di masa kini tidak sedikit laki-laki yang mau bekerja sama dan berbagi tugas dengan perempuan (istri) untuk urusan rumah tangga.

Selanjutnya, perempuan juga sering sekali terlibat dalam pemenuhan ekonomi keluarga. Baik itu di pedesaan, maupun perkotaan. Peran tersebut tentu bukan saja berdampak bagi keluarga, tetapi juga untuk masyarakat dan bangsa.

Satu lagi yang tidak kalah penting, bahwa perempuan itu turut serta meneruskan dan mewariskan nilai-nilai dan tradisi keluarga. Atau bisa dibilang, bahwa perempuan sering sekali terlibat aktif dalam menjaga budaya dan kearifan lokal di masyarakat.

Bicara tentang tradisi keluarga, saya jadi teringat dengan seorang perempuan hebat yakni Herrywati. Herry adalah seorang ibu yang berusaha mengasuh dan membesarkan tiga orang anak.

Dokumentasi : Herrywati
Dokumentasi : Herrywati

Sejak suami yang dikasihinya meninggal dunia, beliau pun pada akhirnya memaksimalkan ketrampilan menjahit yang dimilikinya, yakni ketrampilan yang telah diwarisi dari ayahnya sejak masih remaja.

Bisa dibilang, Ibu Herry adalah satu-satunya pewaris tradisi menjahit keluarga, tepatnya dari tujuh bersaudara.

Dengan ketrampilan itu, Herry pun berhasil membiayai pendidikan anak-anaknya. Ada satu orang yang sampai jenjang diploma satu (D1), dan dua orang lagi hanya sampai pada bangku sekolah menengah atas.

Sekarang anak dari Ibu Hery sudah bekerja serta ada yang sudah berkeluarga. Tetapi Herry masih melanjutkan pekerjaan sebagai penjahit. Walau sudah menginjak usia hingga 69 tahun itu, beliau masih tetap bersemangat menerima jasa untuk menjahit pakaian.

Satu hal menarik dari kehidupan Herry, meskipun berada di kota besar (Jakarta) dan hidup di era teknologi digital, tetapi Herry masih terus menggunakan mesin jahit klasik sebagai sahabat sejatinya dalam bekerja.

Sesungguhnya hal apa yang bisa kita simpulkan dari cerita Herry tersebut?

Selain bercerita tentang perjuangan Herry, ternyata tradisi keluarga dalam menjahit tersebut memiliki makna tersendiri. Herry telah berkontribusi untuk meminimalkan penggunaan listrik berbasis energi fosil. Kita tahu dari waktu ke waktu keberadaan energi fosil itu semakin terbatas dan menipis.

Belum lagi dengan menggunakan mesin jahit klasik yang demikian adalah bentuk dukungan terhadap "Net Zero Emission (NZE)".

Ngomong-ngomong sudah pernah mendengar istilah tersebut?

Net Zero Emission itu merupakan keadaan kalau gas emisi karbon yang dihasilkan berbagai aktivitas manusia itu tidak melampaui kapasitas penyerapan bumi yang kita tempati ini.

Upaya yang demikian tentu akan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kita tahu bahwa dengan gas emisi karbon tersebut, akan berdampak pada kerusakan alam dan terganggunya kehidupan manusia.

Kita pasti sudah menyaksikan semakin memburuknya iklim, sering terjadi kekeringan di berbagai belahan bumi, berkurangnya sumber air bersih, cuaca ekstrem, perubahan rantai makanan, dan lain sebagainya.

Karena itu sudah saatnya masyarakat dunia meminimalkan penggunaan energi fosil dan berupaya pula meminimalkan gas emisi karbon.

Seperti yang sudah diulas di atas, melihat besarnya peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa, maka sudah saatnya mendorong dan mendukung partisipasi dan keterlibatan perempuan.

Telapak tangan perempuan itu, tentunya piawai untuk menjaga alam ini agar tetap berjalan seimbang dan harmoni.

Semangat Herry, tentunya harus menjadi semangat para perempuan lainnya. Upaya yang dilakukan Herry, hanyalah salah satu dari begitu banyak aktivitas yang dapat dilakukan untuk meminimalkan penggunaan energi fosil dan gas emisi karbon.

Selain hal itu, sudah saatnya juga perempuan menjadi bagian penting dalam upaya mendukung transisi energi keberlanjutan.

Selama ini memang kita tahu bahwa peran perempuan dalam mendukung transisi energi keberlanjutan atau transisi Energi Baru Terbarukan (EBT) masih sangat minim terdengar. Padahal dari pemaparan dan cerita di atas kita lihat betapa besarnya peran perempuan.

Dengan pengalaman sehari-harinya, sudah saatnya perempuan didorong dan dilibatkan dalam proses transisi energi adil, pemanfaatan EBT, serta meningkatkan pengetahuannya tentang lingkungan dan dampak dari perubahan iklim yang terjadi akibat pemanfaatan energi fosil yang berlebihan dan meningkatnya gas emisi karbon.

Ketika perempuan turut berjuang dalam hal transisi energi keberlanjutan atau transisi energi yang adil, maka sesungguhnya perjuangan itu sedang bersinergi dengan perjuangan Oxfam.

Sudah pernah dengar Oxfam?

Oxfam itu merupakan organisasi global yang memerangi kesenjangan untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidakadilan.

Oxfam juga berupaya menyelamatkan nyawa di saat krisis, mengadvokasi keadilan ekonomi, kesetaraan gender, dan aksi iklim.

Selain itu, Oxfam menuntut persamaan hak dan perlakuan yang sama sehingga setiap orang dapat berkembang, bukan sekedar bertahan hidup.

Semoga dengan perjuangan Oxfam, menjadi semangat dan inspirasi bagi kaum perempuan dalam menyokong transisi energi keberlanjutan.

Sumber Referensi : https://www.oxfamamerica.org/explore/stories/what-is-a-just-energy-transition/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun