Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Kecil Itu, Pejuang Lingkungan

31 Agustus 2023   21:39 Diperbarui: 31 Agustus 2023   21:49 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: tangkapan layar dari youtube SATU Indonesia 

Awal keprihatinan dan kegelisahannya tentang sampah bermula saat Ami mengikuti pelajaran olahraga dan kesehatan di sekolah.

Saat mengikuti pelajaran olahraga dan kesehatan tersebut, Ami bersama teman-temannya harus berlari mengelilingi lapangan sekolah. Nah, ketika mereka sedang beristirahat dari aktivitas berlari, Ami pun melihat ke arah tempat pembuangan sampah.

Di sana ada pemandangan yang membuat dirinya merasa iba. Ternyata di sana, di dekat gerobak sampah, ada seorang kakek yang sedang mengambil nasinya dan memakannya.

Spontan di benak Ami muncul pertanyaan.

"Itu kan tumpukan sampah? Bagaimana kalau kakek itu benar-benar sakit?"

Tak hanya itu pertanyaan yang muncul di benaknya.

"Tempat sampah itu kan berada di depan sekolah kami. Jangan-jangan, sampah itu dari sekolah kami? Apalagi saya juga turut membuang sampah setiap harinya."

Lantas, Ami pun berusaha menyimpulkan.

"Jangan-jangan kalau kakek itu sakit, bisa saja itu karena ulah sampah saya juga."

Sejak peristiwa itu, Ami pun mulai memikirkan kira-kira apa yang dapat dilakukan seorang anak kecil seperti dirinya sebagai bentuk kepeduliannya pada lingkungan, apalagi hal itu juga bisa menjadi upayanya untuk membantu kakek yang pernah dilihatnya.

Tidak selesai hanya memikirkan masalah tersebut, sepertinya Ami tidak puas kalau tidak melakukan sebuah tindakan nyata. Tetapi karena keterbatasannya, Ami pun mencoba bertanya dan berdiskusi kepada orang-orang dewasa, seperti ibu dan gurunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun