Awal keprihatinan dan kegelisahannya tentang sampah bermula saat Ami mengikuti pelajaran olahraga dan kesehatan di sekolah.
Saat mengikuti pelajaran olahraga dan kesehatan tersebut, Ami bersama teman-temannya harus berlari mengelilingi lapangan sekolah. Nah, ketika mereka sedang beristirahat dari aktivitas berlari, Ami pun melihat ke arah tempat pembuangan sampah.
Di sana ada pemandangan yang membuat dirinya merasa iba. Ternyata di sana, di dekat gerobak sampah, ada seorang kakek yang sedang mengambil nasinya dan memakannya.
Spontan di benak Ami muncul pertanyaan.
"Itu kan tumpukan sampah? Bagaimana kalau kakek itu benar-benar sakit?"
Tak hanya itu pertanyaan yang muncul di benaknya.
"Tempat sampah itu kan berada di depan sekolah kami. Jangan-jangan, sampah itu dari sekolah kami? Apalagi saya juga turut membuang sampah setiap harinya."
Lantas, Ami pun berusaha menyimpulkan.
"Jangan-jangan kalau kakek itu sakit, bisa saja itu karena ulah sampah saya juga."
Sejak peristiwa itu, Ami pun mulai memikirkan kira-kira apa yang dapat dilakukan seorang anak kecil seperti dirinya sebagai bentuk kepeduliannya pada lingkungan, apalagi hal itu juga bisa menjadi upayanya untuk membantu kakek yang pernah dilihatnya.
Tidak selesai hanya memikirkan masalah tersebut, sepertinya Ami tidak puas kalau tidak melakukan sebuah tindakan nyata. Tetapi karena keterbatasannya, Ami pun mencoba bertanya dan berdiskusi kepada orang-orang dewasa, seperti ibu dan gurunya.