Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semangat Literasi Semangat Merdeka Belajar

31 Maret 2023   22:33 Diperbarui: 31 Maret 2023   22:41 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun data yang diambil terdiri dari 3.391 sampel siswa SD dari 7 kabupaten/kota di 4 provinsi, yakni pada bulan Januari 2020 dan April 2021.

Dari data tersebut, maka disimpulkan bahwa sebelum pandemi, poin untuk literasi itu sebesar 129, sementara untuk numerasi sebesar 78 poin. Berbeda sekali setelah terjadinya pandemi covid-19, terjadi penurunan kemajuan belajar secara signifikan (learning loss).

Untuk literasi, learning loss-nya setara dengan 6 bulan belajar. Sementara untuk numerasi, learning loss-nya setara dengan 5 bulan belajar.

Sangat memprihatinkan bukan?

Belum lagi kalau dilakukan dengan sampel yang berbeda dan lebih luas lagi, bisa kita bayangkan kondisi learning loss di negeri kita ketika kita berhadapan dengan pandemi covid-19.

Untuk menyikapi masalah learning loss tersebut, pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek, telah memikirkan penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kondisi khusus (kurikulum darurat). Ternyata cara ini, mampu memitigasi masalah learning loss pada masa pandemi covid-19 tersebut.

Nah, efektivitas kurikulum yang demikian ternyata semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.

Berdasarkan kajian yang mendalam, maka disimpulkan bahwa arah perubahan kurikulum itu berupaya untuk mengejar berbagai ketertinggalan kita, dengan cara seperti berikut.

Bahwa struktur kurikulum tersebut perlu dibuat lebih fleksibel. Fokus pada materi yang esensial, dengan capaian pembelajaran diatur per fase bukan per tahun. Memberikan keleluasaan bagi guru untuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Serta, adanya aplikasi penunjang untuk guru, sehingga dapat mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.

Dengan arahan perubahan kurikulum yang demikian, tentu diharapkan akan terjadi hal yang sudah sering kita dengar yakni merdeka belajar. Sementara Kurikulum Merdeka tersebut menjadi upaya untuk mewujudkan cita-cita merdeka belajar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun