Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Revitalisasi Relasi dengan Alam

7 September 2019   09:33 Diperbarui: 7 September 2019   10:04 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sendiri baru-baru ini, mencoba kesiagaan bencana itu dengan mengikuti sebuah pembelajaran online yang diselenggarakan oleh BNPB dan IndonesiaX. Sungguh banyak pengetahuan yang saya dapatkan dari sana. Mulai dari konsep, jenis dan karakteristik bencana. Memahami dan menemukenali potensi ancaman bencana di sekitar kita. Menyusun rencana kesiapsiagaan keluarga untuk menghadapi bencana. Serta, mitigasi praktis bencana gempa bumi.

Tetapi dari pembelajaran tersebut, ada satu hal menarik yang ingin saya angkat dalam tulisan ini. Tentu sesuai dengan judul yang di atas.

Wisnu Wijaya, Deputi 1 BNPB, Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan menyampaikan bahwa bencana hidrometeorologi adalah salah satu bencana yang banyak terjadi. Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang terkait dengan cuaca. 

Kita tahu cuaca sudah berubah polanya, juga tidak terduga. Seringkali sangat tinggi intensitasnya pada suatu waktu yang sangat singkat.  Dan ini menimbulkan bencana. Penyebabnya adalah ulah manusia, antropogenik. Ulah manusia yang tidak ramah lingkungan, ulah manusia yang sembrono seperti pencemaran dan perusakan lingkungan.

Berdamai dan Bersahabat dengan Alam

Kita sudah terlanjur menyakiti alam. Sejatinya sejak semula kita harus berelasi dengan alam, karena kita tahu bahwa kita butuh alam dan alam butuh kita. Kita jaga alam, alam jaga kita.

Kalau kita bicara ulah manusia yang berhubungan dengan pencemaran dan perusakan alam, tentu tidak akan ada habisnya. Membuang sampah sembarangan di sungai hingga di lautan luas. Akibatnya, banyak sungai yang tidak berfungsi lagi dan rusaknya ekosistemnya laut.

Tentu rekan pembaca masih ingat dengan berita yang menggemparkan di Wakatobi. Seekor ikan paus ditemukan mati terdampar. Mengejutkannya, ternyata di dalam perut bangkai paus tersebut terdapat 5,9 kg sampah plastik. Ada plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150 gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), plastik-plastik lain yang didominasi oleh tali rafia (3,26 kg) dan gelas plastik (115 pcs, 750 gr). (sumber : www.bbc.com)

Itu hanya salah satu dari banyak penemuan paus yang terdampar. Belum lagi ikan paus yang pernah ditemukan di Filipina. Di dalam perutnya ditemukan sampah plastik sekitar 40 kg. Isinya terdiri dari 16 karung beras, 4 plastik perkebunan pisang dan beberapa tas belanja. (sumber : detik.com)

Ulah manusia memang terlalu! Kita semua pasti tahu bahwa mencemari lingkungan, sesungguhnya kita sedang mengancam jiwa kita juga.

Kalau di atas telah dipaparkan beberapa contoh pencemaran lingkungan, maka berikut adalah contoh ulah akibat perusakan lingkungan.

Dulu, ketika maraknya pembakaran hutan secara di Riau, berkali-kali keluarga saudaraku harus bolak balik berobat karena urusan pernafasan, batuk-batuk. Alasannya, karena asap dari pembakaran hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun