Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peran Strategis Guru dalam Memerangi Hoax

9 November 2017   11:34 Diperbarui: 9 November 2017   17:31 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai pengguna gadget yang aktif menggunakan media sosial, saban hari tentu kita akan disuguhi dengan beragam jenis informasi. Pertanyaannya, sudahkah kita mampu mengetahui tentang informasi yang memiliki nilai kebebaran? Sejatinya kita harus memiliki bekal untuk memilih dan memilah dari berbagai informasi tersebut.

Barangkali informasi dari Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho, yang saya kutip dari website kominfo berikut bisa membantu kita untuk mengidentifikasi hoax tersebut.

Pertama, kita semestinya waspada dengan judul yang provokatif. Jika menemukan hal tersebut, sebaiknya kita mencari referensi berupa informasi serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dari proses pembandingan tersebut, diharapkan kita bisa mengetahui kebenaran informasi tersebut.

Kedua, kita harus mencermati situs yang digunakan untuk menyebarkan informasi tersebut. Jika meragukan, kita bisa mengakses situs berita resmi yang ada ditangan dewan pers.

Ketiga, kita harus mencermati fakta yang digunakan. Misalnya, kita bisa mencermati apakah fakta tersebut berasal dari sumber resmi, apakah informasi yang disajikan bedasarkan fakta atau opini yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Keempat, jika informasi tersebut berupa foto, maka kita bisa menguji keaslian foto tersebut. Salah satu cara untuk mengecek keaslian foto, tentu kita bisa memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag and drop ke kolom pencarian Google Images.

Kelima, kita juga bisa menyiasatinya dengan bergabung dengan group-group anti hoax di berbagai media sosial. Setidaknya, ketika kita memiliki kedaguan dengan sebuah informasi, maka kita bisa menyampaikan hal tersebut di dalam group anti hoax tersebut.

Jika mengikuti cara-cara yang diuraikan di atas, mungkin kesannya terlalu merepotkan dan menyita banyak waktu. Tetapi menurut hemat saya, itulah mahalnya sebuah kebenaran. Terkadang untuk menguji dan memastikan kebenaran tersebut kita butuh pengorbanan.

Sebenarnya, mengapa kita harus seserius itu menyikapi sebuah informasi? Sebab dampak hoax tersebut bukan saja hanya menyesatkan, tapi bisa merusak tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bisa merusak relasi antar individu dan kelompok. Menimbulkan kecurigaan pada orang atau kelompok lain. Menimbulkan perpecahan antar kelompok. Menimbulkan permusuhan dan pemberontakan.


Peran Guru sebagai Pejuang Anti Hoax

Semua harus sepakat bahwa hoax itu harus diperangi oleh semua pihak. Guru adalah salah satu yang harus ada dalam jajaran peperangan tersebut, mengingat guru itu sebenarnya memiliki peran strategis untuk memengaruhi siswa didik sebagai generasi penerus yang harus memiliki sikap atau tindakan yang positif dan benar. Dan realitanya, bahwa siswa-siswi zaman sekarang adalah generasi yang dekat dengan gadget, yang mungkin berpotensi atau berkesempatan melakukan praktek hoax dengan media sosial yang dimiliki. Tentu jika siswa-siswi tersebut tidak memiliki pegangan dan bimbingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun