(Edisi Hari Ibu)
Peristiwa penting dalam sejarah perempuan di Indonesia, salah satunya terjadi pada 22 Desember 1928. Ini kali pertama perempuan berhasil mengadakan kongresnya yang dihadiri 1000 orang peserta. Duapuluhlima tahun kemudian, Presiden Soekarno meresmikannya tanggal tersebut sebagai peringatan hari ibu tepatnya tahun 1953 dalam dekrit presiden no.316.
Untuk menyambut peringatan hari ibu tersebut, saya mencoba berkomitmen mengikuti tantangan menulis di status facebook saya. Penyelenggara tantangan menulis tersebut adalah Sinergia Consultant. Selama tujuh hari penuh saya memenuhi status saya dengan tema tentang perempuan. Inilah cuplikan tulisan saya yang sekaligus menjadi status saya di fecebook tersebut.
Day1
Wanita
Wanita itu adalah kasih (love). Ibu adalah salah satu sosok yang pantas menyandangnya. Dari kecil setiap anak selalu diajari lagu tentang “Kasih Ibu”. Saya yakin semua ingat liriknya. Kasih Ibu, kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Lagu yang begitu indah, yang menggambarkan siapa sebenarnya seorang ibu tersebut.
Kasih ibu adalah kasih “karena” bukan “supaya”. Layaknya kasih Tuhan kepada umat manusia. Tuhan mengasihi manusia karena Dialah Sang Cinta. Ibu mengasihi anaknya juga adalah karena dia adalah cinta. Kasih ibu kepada anaknya tanpa syarat apapun, bahkan bukan supaya kelak mendapatkan pamrih dari anaknya.
Semenjak di kandungan, lahir, bahkan sampai besarpun perjuangan ibu tidak pernah berhenti memberikan hatinya kepada anaknya. Mulutnya penuh dengan doa yang begitu tulus selalu dipanjatkan kepada Tuhan agar anak-anaknya tumbuh dan berkembang dan bisa menjadi orang berhasil kelak. Tangannya tidak pernah berhenti mulai pagi, siang dan malam untuk berkarya bagi anak-anaknya. Kakinya tidak malas untuk bergerak menghantarkan anak-anaknya ke masa depannya. Matanya tidak pernah terpejam untuk mengawasi anak-anaknya agar tetap berada pada ajaran yang benar sesuai Firman Tuhan. Dia selalu menghibur diri dengan tangisan tanpa terlihat oleh orang lain.
Sosok kedua yang pantas menyandang wanita adalah kasih adalah pendamping hidup (istri). Beberapa kutipan dari kitab amsal ini menjadi representasidari seorang istri. Kitab itu berkata bahwa istri lebih berharga dari permata. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia senang bekerja dengan tangannya. Ia bangun kalau malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya. Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan. Ia tertawa tentang hari depan. Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya. Makanan kemalasan tidak dimakannya Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia.
Dua sosok (wanita) ini, ibu dan istri adalah sosok yang mewakili cinta dalam gambar sederhana saya. Dua sosok ini pula menjadi penyokong keberhasilan seorang pria. Atau bisa disebut bahwa Dibalik Pria Sukses Ada Wanita Hebat.
Day2
Tokoh : Butet Manurung
Mengutip berita dari Kompas.com, yang pernah saya baca Kamis, 12 Juli 2014 tentang Butet Manurung. Mengatakan bahwa Indonesia kembali mencatatkan prestasi di kancah internasional setelah antropolog Saur Marlina Manurung (43) meraih penghargaan Magsaysay, yang kerap disebut sebagai Hadiah Nobel-nya Asia.
Saur Marlina Manurung meraih penghargaan ini karena kegigihannya melindungi dan memberdayakan kehidupan warga penghuni hutan Indonesia dengan mendirikan sekolah rimba. Perempuan yang lebih dikenal dengan nama Butet Manurung itu berhasil memberikan pendidikan bagi 10.000 anak dan orang dewasa anggota suku Anak Dalam di hutan Bukit Duabelas, Jambi.
Sejak 1999, Butet memilih meninggalkan gemerlap kota untuk memberikan pendidikan bagi warga suku Anak Dalam di pedalaman Provinsi Jambi. Di sana, Butet harus berjalan kaki menembus hutan belantara untuk menemui kelompok-kelompok masyarakat dan menawarkan pendidikan.
Upaya Butet ini tak selalu mendapatkan sambutan. Tak jarang, warga pedalaman menolak tawaran pendidikan baca tulis yang disampaikan perempuan kelahiran Jakarta itu.Sebelum meraih penghargaan Magsaysay, Butet juga pernah menerima penghargaan "Man and Biospher" dari UNESCO dan LIPI pada 2001 dan menjadi salah satu pahlawan versi majalah Time pada 2004.
Dari berbagai berita dan bacaan tentang Butet Manurung, saya salut dengan tokoh ini. Saya sepakat bahwa sosok perempuan yang satu ini sangat pantas dijadikan sebagai teladan oleh anak-anak bangsa ini.
Dalam hidupnya dia tahu betul yang namanya panggilan hidup. Bahkan bukan hanya tahu, tapi rela memberi diri untuk panggilan tersebut.
Secara manusia memang berat untuk menjalaninya, tapi karena panggilan tersebutlah dia memilih untuk meninggalkan kenyamanannya, meninggalkan keluarga, kota dan memilih daerah terpencil untuk tempat melayani dan mengabdi. Itu semata karena kekuatan panggilan hidup, cinta dan ketulusan serta nurani manusia yang masih peka.
Melalui tokoh perempuan ini, kiranya semakin banyak pejuang-pejuang wanita lainnya yang terinspirasi di Indonesia, yakni untuk mengangkat harkat martabat bangsa ini. Bukan hanya mau menyentuh kota besar, tapi daerah terpencil juga. Bukan hanya orang berduit tapi orang yang kurang mampu.Bukan hanya orang yang sempurna secara fisik tapi sebaliknya. Sehingga tak seorangpun anak bangsa ini luput dari kesempatan-kesempatan untuk kemajuan diri dan masyarakatnya. Semoga.
Day3
Perempuan yang cantik itu adalah...
Topik tantangan hari ini menurutku sangat berat, tetapi saya akan mencoba menguraikannya menurut berbagai kacamata.
Kalau menurut kacamata religius, maka wanita yang cantik itu adalah wanita yang menjaga kekudusan hidupnya, berserah secara total kepada sang pemilik hidup, memiliki prinsip serta menjalankannya berdasarkan iman percayanya.
Sementara berdasarkan aspek sosialnya, wanita cantik itu adalah sosok yang berperan serta berempati dengan lingkungan masyarakatnya, serta menjaga relasi yang positif dan menjadi berkat bagi orang-orang disekitarnya.
Dari aspek fisik adalah wanita yang menghargai tubuhnya dengan baik serta mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan tanpa membanding-bandingkan fisiknya dengan orang lain.
Jadi, dengan demikian, kecantikan seorang wanita bukan lagi semata-mata dari apa yang terlihat oleh mata, tetapi apa yang dirasakan oleh orang di sekitarnya. Untuk para wanita.selamat menjaga kecantikannya.
Day4
Wow....yang lain sudah pada nulis ya? Saya juga akan tetap konsisten menyelesaikan tantangan dari Sinergia Consultant ini selama 7hari dan sesuai deadline.
Baiklah, berbicara tentang sosok artmazing dalam hidupku adalah ibuku. Beliau telah mengandung selama sembilan bulan dengan penuh kasih, hingga pada akhirnya saya bisa lahir di dunia ini.
Tujuhbelas tahun saya habiskan hidup bersama. Mulai dari bayi hingga menyelesaikan SMA. Sentuhan seorang ibu dan tentunya dengan dukungan seorang bapak yang luar biasa juga, ternyata telah mampu menanamkan nilai-nilai hidup dan didikan untuk tetap berserah pada Tuhan dalam setiap waktu.
Usia kedelapanbelasku, saatnya seorang ibu memberikan kesempatan mandiri bagiku melalui kost di kota yang jauh dari rumahku. Masa-masa ini terasa betul bahwa kekuatan doa seorang ibulah yang selalu membuatku bisa berhasil dan sukses dalam menyelesaikan studi, merantau ke kota yang lebih jauh (Jakarta) hingga sampai berkeluarga.
Empatpuluh tahun kasih itu masih kukenang, bahkan dirasakan hingga saat ini. Semua karena kasih dan kemurahan Tuhan saya bisa terlahir dari ibu yang luarbiasa.
Malam ini saya bersyukur kepada Tuhan untuk ibuku yang memiliki umur panjang, bahkan dua hari lagi (19 Des) beliau akan merayakan ultah yang ke-68. Doaku semoga panjang umur, sehat selalu dan tetap menjadi ibu dan oppung yang luarbiasa bagi cucu-cucunya.
Day5
Memasuki hari kelima mencoba untuk tetap konsisten menulis. Malam ini diberi topik tentang peran perempuan.
Dari sejak semula manusia telah diciptakan sepasang manusia, laki-laki dan perempuan. Perempuan itu sendiri berperan sebagai penolong dan pendamping laki-laki untuk misi yang telah dipercayakan Tuhan kepada Adam dan Hawa.
Terlepas dari pelanggaran yang pernah terjadi, ketika hawa pernah merusak peran manifes dari perempuan tersebut, sampai sekarang perempuan tersebut masih memiliki peran penting yang tidak berubah hakikatnya. Baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Identitas yang telah tersemat semenjak semula kepada kaum hawa telah menjadi karakteristik yang membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam perannya.
Perempuan dalam keluarga setidaknya menjadikan suasana keluarga yang berbeda. Ada nuansa kelembutan, kedamaian, dan keteladanan.
Tentu disaat perempuan itu sebagai anak, anggota keluarga telah diajarkan untuk sikap menghargai dan mengayomi si anak perempuan tersebut. Sehingga si anak perempuan tersebut mulai belajar dan menjalankan perannya sebagai perempuan yang kelak bisa menularkan sikap menghargai atas diri sendiri, sehingga perempuan tersebut tetap terhormat di mata yang lainnya, tetap mampu berperan dalam menularkan kelembutan dan kedamaian.
Ketika perempuan tersebut sebagai ibu, ia harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Sehingga anak-anaknya kelak bisa menjadi teladan juga. Membimbing anak untuk mamahami nilai-nilai hidup dan didikan yang benar sebagai wujud keyakinan dan prinsip-prinsip yang telah dianutnya juga.
Perempuan sebagai menantu harus bisa menjadi jembatan penghubung dua keluarga yang berbeda, menciptakan keharmonisan dan kerukunan diantara dua keluarga yang telah dipertemukan dan dipersatukan dalam keluarga besar.
Sementara perempuan sebagai mertua, bisa menjadi pelengkap seorang ibu dari menantunya untuk memperkaya nilai-nilai keluarga yang baru yang telah terbentuk. Mendorong kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang untuk keluarga anak dan menantunya. Sehingga lahir keluarga-keluarga yang menjadi berkat dan berdampak bagi masyarakat.
Sementara dalam masyarakat, bangsa dan negara peran wanita tersebut juga semakin diperhitungkan. Dalam hal tersebut, ada perempuan telah menjadi agen perubahan, tokoh masyarakat, negarawan bahkan pahlawan yang akan tetap dikenang.
Kepiawaiannya dalam menyeimbangkan logika yang dominan. Kesabaran yang bisa menularkan ketenangan dan kedamain. Ketelitiannya yang menjadi keberhasilan dalam berbagai keputusan. Telah menjadi ciri khas tersendiri dalam menjalankan perannya dalam mebangun keberlanjutan sebuah masyarakat dan bangsa yang beradab.
Fakta berbicara, bahwa peran perempuan dalam masyarakat tidak bisa ditutupi dan tal terbantahkan. Bahkan perannya begitu fenomenal, penting dan membawa perubahan. Lihatlah R.A. Kartini memggerakan emansipasi perempuan. Cut Nyak Dien menggelorakan perang terhadap kerakusan penjajah. Margareth Teacher, Benazir Buttho, menularkan kepemimpunan seorang wanita, Bunda Theresa menggerakan empati kemanusiaan. Butet Manurung meninggalkan kota dan masuk daerah terpencil untuk mengabdi. Dan masih banyak perempuan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Walaupun demikian, patut prihatin dengan perempuan yang justeru menjalankan peran laten (tidak seharusnya) dari seorang perempuan. Semoga menjelang peringatan hari ibu, ini menjadi refleksi yang dalam untuk pemaknaan peran seorang perempuan.
Day6
Dalam ulasan sebelumnya, telah saya paparkan tentang peranan perempuan dalam berbagai sisi.
Saat ini saya ingin memaparkan peran perempuan sebagai ibu lebih spesifik. Dari berbagai peran perempuan yang ada mulai dari melahirkan, merawat, ternyata ibu juga berperan sebagai pemimpin bagi anak-anaknya, yakni memimpin untuk mengajarkan kecakapan hidup bagi anak-anaknya.
Dalam kitab amsal juga disinggung akan hal ini, selain peran ayah untuk mendidik anak, perempuan (ibu) tidak luput dari tanggung jawabnya dalam mengajar anaknya juga. Bukan berarti pria sebagai ayah juga tidak ambil bagian, kebetulan saja tulisan ini mengulas tentang perempuan.
Untuk itu, perempuan sebagai ibu yang juga mengambil bagian sebagai pengajar anak-anaknya harus melibatkan unsur-unsur teladan, motivasi dan inspirasi bagi anak-anaknya.
Meminjam istilah Ki Hajar Dewantara, dalam mengajar anak-anaknya perempuan sebagai harus menjadi perempuan yang "Tut Wuri Handayani". Menjadi ibu yang berada di belakang untuk mendorong atau memotivasi anak-anaknya untuk belajar dan memaknai kehidupan ini sesuai maksud Tuhan sang pencipta dan pemberi kehidupan.
Perempuan sebagai ibu yang "Ing ngarso sang tulodo" yakni mengambil posisi di depan sebagai model atau teladan bagi anak-anaknya. Sehingga anak-anak tersebut belajar keteladanan dan kemudian kelak, anak tersebut juga bisa menhadi teladan.
Berikutnya perempuan sebagai ibu yang "Ing Mangun Karsa" yakni yang berada durengah-tengah anaknya menjadi sosok pemberi karsa, inspirasi bagi anak-anaknya dalam menciptakan karya.
Inilah peran perempuan sebagai ibu yang turut berperan memimpin anak-anaknya. Dari tangan seorang ibu yang luar biasa akan lahir pemimpin-pemimpin hebat, sosok-sosok penggelora perubahan dan insan-insan yang taat mengabdi kepada masyarakat, bangsa dan terutana Tuhan.
Day7
Wahai kaum perempuan,
Saat menyaksikan tayangan miss world 2015, saya kagum menyaksikan wanita yang bukan semata-mata hanya menonjolkan kecantikannya, tapi kecerdasan berpikirnya, kemampuan komunikasinya, kipiawaiannya memamerkan talenta yang dimiliki, mewujudkan perannya dalam masyatakat, serta komitmenya untuk berkontribusi bagi isu-isu penting di muka bumi ini.
Sangat ironis, ketika melihat masih banyak kaum perempuan yang belum terdidik, tertindas dan diperdagangankan. Banyak wanita yang harus menjajakan dirinya karena masalah ekonomi. Dan masih banyak permasalahan lainnya yang belum terselesaikan.
Semua itu adalah masalah dari setiap jaman bahkan diberbagai belahan dunia. Tapi pendidikan dan pengetahuan telah terbukti sebagai salah satu jalan keluarnya. Melalui pendidikan dan pengetahuan tersebut telah membuat kaum perempuan memahami setiap hak dan kewajibannya, bisa memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada, serta berkontribusi dalam keberlanjutan keluarga, masyarakat dan bangsa.
Untuk itu kaum perempuan berjuanglah untuk menularkan semangat untuk menggapai pendidikan yang lebih baik, memperdalam pengetahuan untuk berbagai lapisan masyarakat, terkhusus bagi mereka yang tidak berkesempatan karena keterbasan dana.
Wahai kaum perempuan,
Emansipasi telah terealisasi, sudah terbuka kesempatan yang besar bagi kaummu. Walaupun demikian, perjuangan belum selesai.
Berjuang jugalah, agar setiap perempuan menjaga kesetiaannya kepada pasangannya. Berjuanglah agar setiap perempuan menjaga kehormatanya, sehingga orang kain juga akan setia dan hormat terhadap dirimu.
Semoga peringatan hari ibu yang akan datang, turut membantu para kaum perempuan merefleksikan eksistensi seorang ibu dan perempun. Sehingga keberadaan perempuan semakin diakui dan berdampak bagi keluarga, masyarakat dan bangsa.
Diakhir tantangan dari sinergia consultant, yakni di hari yang ke-7, penulis memohon maaf jikalau ada yang kurang berkenan. Semoga tulisan-tulisan ini bisa bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Best Regads
Demikian tulisan saya sekaligus merangkap status saya di facebook dari tanggal 14-20 Desember 2015. Terimakasih pembaca. Terimakasih Sinergia Colsultant. Terimakasih kaum perempuan.
Akhir kata saya Ucapkan selamat hari ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H