Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tujuh Hari Bersama Perempuan

22 Desember 2015   08:52 Diperbarui: 22 Desember 2015   10:58 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika perempuan tersebut sebagai ibu, ia harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Sehingga anak-anaknya kelak bisa menjadi teladan juga. Membimbing anak untuk mamahami nilai-nilai hidup dan didikan yang benar sebagai wujud keyakinan dan prinsip-prinsip yang telah dianutnya juga.

Perempuan sebagai menantu harus bisa menjadi jembatan penghubung dua keluarga yang berbeda, menciptakan keharmonisan dan kerukunan diantara dua keluarga yang telah dipertemukan dan dipersatukan dalam keluarga besar.

Sementara perempuan sebagai mertua, bisa menjadi pelengkap seorang ibu dari menantunya untuk memperkaya nilai-nilai keluarga yang baru yang telah terbentuk. Mendorong kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang untuk keluarga anak dan menantunya. Sehingga lahir keluarga-keluarga yang menjadi berkat dan berdampak bagi masyarakat.

Sementara dalam masyarakat, bangsa dan negara peran wanita tersebut juga semakin diperhitungkan. Dalam hal tersebut, ada perempuan telah menjadi agen perubahan, tokoh masyarakat, negarawan bahkan pahlawan yang akan tetap dikenang.

Kepiawaiannya dalam menyeimbangkan logika yang dominan. Kesabaran yang bisa menularkan ketenangan dan kedamain. Ketelitiannya yang menjadi keberhasilan dalam berbagai keputusan. Telah menjadi ciri khas tersendiri dalam menjalankan perannya dalam mebangun keberlanjutan sebuah masyarakat dan bangsa yang beradab.

Fakta berbicara, bahwa peran perempuan dalam masyarakat tidak bisa ditutupi dan tal terbantahkan. Bahkan perannya begitu fenomenal, penting dan membawa perubahan. Lihatlah R.A. Kartini memggerakan emansipasi perempuan. Cut Nyak Dien menggelorakan perang terhadap kerakusan penjajah. Margareth Teacher, Benazir Buttho, menularkan kepemimpunan seorang wanita, Bunda Theresa menggerakan empati kemanusiaan. Butet Manurung meninggalkan kota dan masuk daerah terpencil untuk mengabdi. Dan masih banyak perempuan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Walaupun demikian, patut prihatin dengan perempuan yang justeru menjalankan peran laten (tidak seharusnya) dari seorang perempuan. Semoga menjelang peringatan hari ibu, ini menjadi refleksi yang dalam untuk pemaknaan peran seorang perempuan.

Day6

Dalam ulasan sebelumnya, telah saya paparkan tentang peranan perempuan dalam berbagai sisi.

Saat ini saya ingin memaparkan peran perempuan sebagai ibu lebih spesifik. Dari berbagai peran perempuan yang ada mulai dari melahirkan, merawat, ternyata ibu juga berperan sebagai pemimpin bagi anak-anaknya, yakni memimpin untuk mengajarkan kecakapan hidup bagi anak-anaknya.

Dalam kitab amsal juga disinggung akan hal ini, selain peran ayah untuk mendidik anak, perempuan (ibu) tidak luput dari tanggung jawabnya dalam mengajar anaknya juga. Bukan berarti pria sebagai ayah juga tidak ambil bagian, kebetulan saja tulisan ini mengulas tentang perempuan.

Untuk itu, perempuan sebagai ibu yang juga mengambil bagian sebagai pengajar anak-anaknya harus melibatkan unsur-unsur teladan, motivasi dan inspirasi bagi anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun