Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Elegi Sarpin dan Sarpini

17 Mei 2020   00:16 Diperbarui: 18 Mei 2020   17:01 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com

Sarpin memang tidak selalu berada di samping Sarpini, namun cinta kasihnya selalu dirasakan di hatinya. Demikian sebaliknya. Kuasa cinta itulah yang membuat Sarpini tidak dapat menerima laki-laki lain.

*

Malam mulai menepi, dinginnya makin menjadi. Satu persatu serangga malam mulai menarik selimutnya. Sarpin masih bersimpuh di samping makam Sarpini. Air matanya tak kunjung mengering. Tak habis-habisnya ia memanggil nama istri tercintanya.

"Sudah, Pin. Kamu harus sabar," suara seorang lelaki mengagetkan Sarpin, "Malam sudah hampir habis, saatnya kamu pulang,"

Sarpin bangkit, lalu menyeka air matanya. "Aku pulang dulu, Nok. Aku kangen. Aku nggak sabar nunggu tujuh harimu biar kita bisa ketemu lagi," ucapnya, lalu beranjak menuju pusaranya sendiri, kubur yang telah ia huni sejak lima tahun lalu, sejak ia meninggal karena kecelakan.

***

Bintaro, 16 Mei 2020
@thriologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun