Sarpin memang tidak selalu berada di samping Sarpini, namun cinta kasihnya selalu dirasakan di hatinya. Demikian sebaliknya. Kuasa cinta itulah yang membuat Sarpini tidak dapat menerima laki-laki lain.
*
Malam mulai menepi, dinginnya makin menjadi. Satu persatu serangga malam mulai menarik selimutnya. Sarpin masih bersimpuh di samping makam Sarpini. Air matanya tak kunjung mengering. Tak habis-habisnya ia memanggil nama istri tercintanya.
"Sudah, Pin. Kamu harus sabar," suara seorang lelaki mengagetkan Sarpin, "Malam sudah hampir habis, saatnya kamu pulang,"
Sarpin bangkit, lalu menyeka air matanya. "Aku pulang dulu, Nok. Aku kangen. Aku nggak sabar nunggu tujuh harimu biar kita bisa ketemu lagi," ucapnya, lalu beranjak menuju pusaranya sendiri, kubur yang telah ia huni sejak lima tahun lalu, sejak ia meninggal karena kecelakan.
***
Bintaro, 16 Mei 2020
@thriologi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H