remaja sering kali merasa tertekan oleh tekanan sosial untuk terus terhubung dengan dunia luar melalui media sosial dan ingin mengikuti segala trend terkini di media sosial yang dikenal dengan fenomena FOMO (Fear of Missing Out). Namun, semakin banyak remaja yang mulai menyadari bahwa terlalu terikat pada dunia maya dapat mengakibatkan stres, kecemasan, dan rasa tidak cukup pada diri sendiri. Oleh karena itu, konsep "Joy of Missing Out" atau JOMO menjadi semakin relevan.
Era digital yang terus berkembang pesat, paraMengutip dari hellosehat.com JOMO adalah perasaan kepuasaan dimana seseorang merasa cukup dengan hidupnya sehingga merasa bebas dan fokus pada hal-hal yang disenangi. JOMO juga merupakan konsep yang menekankan kebahagiaan yang ditemukan dalam menolak keterlibatan atau absen dari aktivitas sosial atau acara. Sebaliknya, JOMO mendorong seseorang untuk menikmati waktu sendiri, merenung, dan fokus pada kebahagiaan internal tanpa merasa tertekan oleh kebutuhan untuk selalu terhubung dengan orang lain.
1. Tebar Pesona yang Positif
Remaja di Indonesia seringkali terjebak dalam kecanggihan teknologi dan tekanan untuk terus tampil di depan publik. Dengan menerapkan JOMO, remaja dapat merasakan kebahagiaan dalam keadaan yang sederhana, tanpa perlu terus-menerus memperlihatkan hidup mereka melalui media sosial. Hal ini dapat mengurangi rasa cemas dan tekanan untuk selalu terlihat sempurna di mata orang lain.
2. Pentingnya Menemukan Diri Sendiri (Self-Discovery)
JOMO memberikan ruang bagi remaja untuk mengeksplorasi minat, bakat, dan nilai-nilai mereka tanpa terpengaruh oleh ekspektasi sosial. Dengan menjauh sejenak dari kegiatan sosial, remaja dapat lebih memahami siapa mereka sebenarnya, apa yang mereka cintai, dan apa yang membuat mereka bahagia.
3. Mengurangi Perbandingan Sosial (Social Comparison)
Salah satu dampak negatif dari terlalu terhubung dengan media sosial adalah kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain. JOMO membantu remaja untuk fokus pada pencapaian dan kebahagiaan pribadi mereka tanpa terus-menerus membandingkan hidup mereka dengan hidup orang lain.
4. Mengelola Waktu dan Energi
Remaja seringkali memiliki jadwal yang padat dengan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan kehidupan sosial. Dengan menerapkan JOMO, mereka dapat belajar untuk mengelola waktu dan energi dengan bijak, memprioritaskan aktivitas yang benar-benar memberikan kebahagiaan dan meninggalkan yang tidak perlu.
5. Merayakan Ketenangan
JOMO juga mengajarkan remaja untuk merayakan ketenangan dan keheningan. Melalui kegiatan-kegiatan seperti meditasi, membaca buku, atau sekadar merenung, remaja dapat menemukan kebahagiaan dalam momen-momen kecil dan membangun koneksi yang lebih mendalam dengan diri mereka sendiri.
6. Pentingnya Hubungan Manusia yang Sebenarnya
Meskipun terhubung secara daring dapat memudahkan komunikasi, JOMO mengajarkan pentingnya kehadiran fisik dan interaksi manusia yang lebih mendalam. Remaja perlu menyadari bahwa koneksi sejati dan kebahagiaan seringkali ditemukan dalam hubungan yang nyata dan mendalam.
Dengan menekankan kebahagiaan dalam momen kebersamaan dengan diri sendiri dan mengurangi tekanan sosial untuk terus terlibat dalam dunia maya, remaja dapat menemukan kedamaian dan makna yang lebih dalam dalam hidup. Mengadopsi JOMO bukan berarti menghindari hubungan sosial, tetapi lebih kepada menemukan keseimbangan yang sehat antara keterlibatan sosial dan perhatian pada diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H