Mohon tunggu...
Thorina Media
Thorina Media Mohon Tunggu... Lainnya - Yayasan Thoriqotun Najah Malang

Lembaga Pendidikan Yayasan Thoriqotun Najah Malang, terdiri dari 1) Pondok Pesantren Thoriqotun Najah; 2) Madrasah Diniyah Takmiliyah Thoriqotun Najah; 3) SMP Thoriqotun Najah; 4) MA Thoriqotun Najah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Magicis Historia oleh Tiara Wulandari, S.Pd.

7 Agustus 2024   13:42 Diperbarui: 7 Agustus 2024   13:58 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ada suatu negeri bernama Zim-Zalabim, negeri ini dihuni oleh para penyihir dan manusia biasa. Dulunya mereka hidup berdampingan dengan damai, di negeri ini penyihir dianggap sebagai makhluk abadi karena penyihir tidak akan bisa mati jika tidak dengan keinginannya sendiri. 

Sampai suatu ketika ada penyihir bernama Alexander, dia jatuh cinta dengan manusia biasa dan rela mengorbankan separuh nyawanya untuk manusia yang dicintai itu. 

Namun dalam adat penyihir tidak diperbolehkan untuk mencintai manusia biasa apapun alasannya jika dilanggar maka penyihir itu akan dikutuk menjadi batu untuk selama-lamanya, jika tidak mengutuk penyihir itu maka Negeri Zim-Zalabim akan lenyap.

Cerita tersebut sudah tidak asing lagi bagi penduduk Negeri Zim-Zalabim. Semenjak kejadian hari itu kehidupan manusia biasa dan penyirhir dipisah oleh Kek Allan yang merupakan tetua penyihir atau bisa dibilang dengan penyihir sepuh yang masih hidup hingga saat ini, sedangkan para penyihir tidak ada yang berani melawan perintah macam Alexander, meski kejadian itu sudah terjadi berabad-abad yang lalu. 

Aku masih belum bisa memakai sihir dengan baik jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang usianya sama denganku, bahkan anak kecil saja bisa menggunakan sihir dengan baik. 

Oleh karena itu aku sering sekali berkunjungi ke rumah Kek Allan untuk sekedar menemaninya agar tidak kesepian sembari mendalami dan mengatur keseimbangan ilmu sihirku, sihirku masih sering meleset tidak sesuai sasaran, entah mengapa bisa seperti itu Kek Allan pun juga ikut penasaran.

Pada saat perjalanan pulang ke rumah aku sering bertemu dengan Henry dia selalu mengusiliku mulai dari menyemrotkan air dari tongkatnya dan mengarahkan ke mukaku, membuat jebakan, dan lain sebagainya itu dilakukannya hampir setiap hari. 

Akhir-akhir ini aku sering menghabiskan waktuku bersama Kek Allan, karena menurutku lebih sering berlatih maka akan lebih cepat juga aku bisa mengendalikan sihir dengan baik. Entah kenapa hari ini sebelum aku mengetuk pintu rumah Kek Allan pintunya sudah terbuka, saat aku mulai mendekat Kek Allan berkata "Rebeca, hari ini kau kemari lagi", "Eeh kakek, iya kek aku harus giat berlatih agar cepat bisa" jawabku. 

Kemudian kakek memberiku buku mantra yang lengkap dengan tata caranya untuk kupelajari, kemudian suara kakek memecah keheningan suasana saat berkata "Apa kau masih menunggu pangeran berambut pirang yang kau idam-idamkan saat kau kecil dulu Eca?". Sontak aku kaget dan kebingungan saat kakek berkata hal itu ternyata dia masih ingat dengan perkataanku dulu, "Eey, kenapa kau memasangan raut muka seperti itu? Kau bahkan kesini setiap hari hingga larut malam, apa kau tidak ingin berkencan". Lalu aku menjawab "Apa sih kek, jangan bicarakan itu saat ini", dan kakek hanya tersenyum saja melihatku lalu aku mengayunkan tongkat sihirku dan berkata "Accio" ke arah makanan yang ada didapur untuk kutaruh di depan mejanya.

Betapa kagetnya ekspresi kakek saat itu melihat sihirku tepat sasaran lalu dia memintaku untuk mencoba mantra yang lainnya, kemudian aku mulai mencoba mengayunkan tongkat dan berkata "Lux diode" dan tongkatku berhasil memancarkan cahaya pada bagian ujungnya. 

Setelah berlatih sekian lama hari ini aku sudah bisa menggunakan sihirku dengan baik hari itu aku sangat senang sekali karena impianku sudah terwujud, dan mungkin aku akan mencari pangeran yang aku impi-impikan itu dari dulu, pria berambut pirang berbagan tinggi dan gagah, baik hati serta suka menolong. 

Hari ini aku tidak melihat Henry padahal aku sudah menyiapkan mantra untuk memberi pelajaran karena selalu mengusiliku dengan sihirnya itu. Sesampainya di rumah aku langsung istirahat karena besok pagi-pagi sekali aku akan ke rumah Kek Allan lagi untuk menemani dan membantu pekerjaannya.

Tidak terasa mentari telah terbit dan aku bergegas berangkat ke rumah Kek Allan dengan membawa beberapa masakanku untuk sarapan bareng dengannya. Pada saat aku datang dia berkata "Kebetulan sekali kau datang kemari Eca, ada hal penting yang ingin kuberitahu padamu dan seluruh penyihir disini", "Apa itu kek kelihatanya penting sekali" jawabku, lalu kakek mengatakan "Iya, yang pertama catatan mantra penghilang kutukanku tiba-tiba hilang entah kemana atau aku yang lupa menaruhnya disuatu tempat dan satu lagi ini mengenai manusia biasa aku merasakan akan ada satu manusia yang dapat menembus pembatas yang telah kubuat untuk memisahkan manusia biasa dan penyihir disini". Setelah panjang kali lebar cerita dari kakek bahwa manusia biasa akan melakukan uji coba pada salah satu orang dan akan membuat manusia itu jadi penyihir sama seperti kita. 

Setelah berbincang mengenai hal itu saat hendak pulang aku berpapasan dengan Henry tidak ada hal lain lagi selain mengganggu orang ketika melihatku dia secepat mungkin mengayunkan tongkatnya dan berkata "Aranea" lalu muncullah jaring laba-laba yang besar menuju ke arahku, namun sebelum jaring itu melilit ke tubuhku aku langsung bilang "Impedio" bersamaan dengan mengayunkan tongkat untuk menghindari sihir Henry.

Dia terlihat kaget dan berkata "Wow fantastic, Eca kau sudah bisa menggunakan sihir dengan benar sekarang" dengan nada mengejek, lalu aku menjawab "Tentu saja Henry kenapa gak bisa? aku ini kan juga seorang penyihir sama sepertimu" dengan menunjukkan senyuman menyeringai ke arahnya. Tanpa berkata sepatah kata lagi ia buru- buru pergi saat kutanya dia hanya menjawab singkat bahwa akan pergi ke Gunung Maxima. 

Sesampainya di rumah aku berpikir untuk apa dia pergi kesana, Henry dari kecil memang anak yang susah diatur dan suka berbuat onar. Seketika aku ingat dengan cerita tentang Alexander tunggu apa dia pergi kesana untuk berbuat hal yang tidak masuk akal gak mungkin dia akan mencaput kutukan Alexander buat jadi manusia lagi bukan, lagi pula dia nggak akan tahu mantra untuk menghilangkan kutukannya.

Sampai tengah malam aku gak bisa tidur hanya memikirkan hal gila apa yang akan dilakukan Henry, apa mungkin ada hubungannya dengan catatan Kek Allan yang hilang itu karena meski sudah tua dia bukan orang yang pelupa. Atau mungkin Henry mencurinya tanpa diketahui dan menggunakan matra penghilang jejak, oooi sungguh rumit sekali ini tapi aku gak boleh asal ambil keputusan berdasarkan pemikiranku ini. 

Karena tidak bisa tidur dan sebentar lagi pagi akan tiba aku bersih-bersih rumah dan melakukan beberapa hal yang lainnya, saat aku membuka pintu untuk menghirup udara segar dini hari aku melihat pancaran cahaya dari perbatasan kukira hanya manusia biasa yang tersesat dan tidak akan mungkin dapat masuk kemari. Namun setelah kuamati betapa kagetnya aku dia bisa masuk melalui perbatasan manusia biasa dan penyihir lalu berjalan mendekat menuju kearahku kemudian mulai terlihat rambut pirang dan bertubuh tinggi, tunggu dia seperti pangeran yang aku dambakan dari dulu.

Lalu Kek Allan tiba-tiba muncul di depan pria itu dan bertanya mengenai asal-usul pria itu dan bagaimana bisa dia masuk ke kawasan kami. Dan ternyata dia adalah manusia biasa yang disuntik vaksin buatan oleh manusia biasa agar bisa jadi penyihir dengan misi akan menyelamatkan Negara Zim-Zalabim dan membuatnya seperti dahulu kala dimana manusia biasa dan penyihir hidup bersama. 

Tepat sesuai dugaan Kek Allan waktu itu, lalu aku berjalan menuju Kek Allan dan hendak memberi tahu bahwa Henry pergi ke Gunung Maxima namun sebelum aku berbicara kakek berkata "Henry akan mencabut kutukan Alexander dan akan terjadi keributan disini, karena efek samping kutukannya itu membuat Alexander merasa ingin menghancurkan negeri ini lalu anak berambut pirang itu akan membantu kita melenyapkan Alexander. Bersiaplah karena beberapa hari lagi Henry akan datang barengan dengan Alexander dan membuat sedikit kericuhan di sini".

Pria berambut pirang itu bernama Felix dia dan aku mulai melatih ilmu sihir untuk mempersiapkan melawan Alexander dan membantu Kek Allan melawannya. Suasana hening tiba-tiba terpecahkan "Felix apa kau gak kesulitan memakai sihir?" tanyaku pada Felix, lalu dia berkata "Kenapa, kau mengkhawatirkan aku Rebeca?" dengan memasang muka yang menyebalkan dan aku menjawab "Khawatir padamu? untuk apa?, siapa juga yang akan peduli denganmu". 

Memang dia seperti pangeran yang aku idamkan tapi dia begitu menyebalkan karena tingkahnya itu, sedangkan Kek Allan hanya tertawa melihat kami berdebat dan berkata "Kalian ini kusuruh berlatih malah berdebat hal yang tidak penting, Eca hati-hati jangan terlalu benci padanya nanti kau bisa jatuh cinta padanya", sontak aku menjawab "Tidak mungkin tipe pangeranku tidak semenyebalkan dia kek" Kek Allan hanya menyeringai mendengar perkataanku.

Malam pun tiba dan aku hendak beristirahat namun terbayang-bayang muka Felix yang menyebalkan itu dan saat aku membuka jendela untuk menjernihkan pikiran dan betapa kagetnya aku saat kubuka jendela ada Felix dan mengatakan "Kenapa kau memikirkan aku? aku tahu pasti kau rindu denganku kan", "Astaga kenapa kau ada disini, nggak aku gak memikirkanmu aku memikirkan pangeran berambut pirangku" jawabku dengan sebal padanya. 

Felix diam sesaat dan menatapku dan berkata "Pangeran itu aku, aku bisa lihat masa depan dan masa lalu dengan sihirku", aku terdiam dan berkata "Kita lihat aja gimana nanti apa akan sesuai dengan perkataanmu itu atau tidak". Lalu sebelum aku menyuruh Felix pergi dan menutup jendela lau tidur ia berkata "Selamat malam Eca, jangan lupa mimpiin aku", lalu aku menutup jendela dan tidur.

Tok tok tok tok suara pintu membangunkanku dan setelah kubuka ternyata itu Felix dia memberi tahu agar mempersiapkan diri karena Henry dan Alexander sudah sampai di perbatasan lereng Gunung Maxima dengan rumah penduduk, Kek Allan sedang menanganinya. Lalu aku menyuruh Felix untuk membantu Kek Allan sedangkan aku bersiap-siap dulu dan akan segera menyusulnya. Sesampainya aku di lereng Gunung Maxima, Kek Allan berusaha melenyapkan Alexander dan Felix mengurus Henry. 

Aku memutuskan untuk membantu Felix terlebih dahulu dan mengamankan Henry, aku bersembunyi agar Henry tidak mengetahui keberadaanku lalu mengayunkan tongkat sihirku dengan mengucap mantra "Mortificare", sontak tongkat Henry terjatuh begitu saja dan Felix dengan cepat memberi mantra "Duplico aranea" pada Henry lalu dia terlilit jaring laba-laba yang sangat erat. 

Kemudian aku dan Felix membantu Kek Allan melawan Alexander, dan aku melihat lengan kakek terluka dengan darah yang bercucuran aku meminta Felix untuk menangani Alexander selagi aku mengurus luka kakek dan Felix menyetujuinya. Saat aku membawa kek menjauh dari lokasi Alexander dan Felix kakek berkata "Dia pangeran yang kau tunggu Eca" dan aku menjawab "Sudahlah kek ayo kita duduk disini dulu aku akan sembuhkan luka kakek".

Sedangkan Felix sibuk melawan, mengatur strategi untuk melenyapkan Alexander dan menghindari sihir darinya. Aku masih membersihkan lengan kakek dan kemudian mulai mengayunkan tongkatku dengan menyebut mantra "Meliorem facio" lalu luka kakek perlahan menutup dan darah sudah berhenti mengalir. Kemudian aku meminta kakek untuk tetap istirahat disini sedangkan aku akan membantu Felix melawan Alexander, tapi kakek tetap ingin ikut membantu Felix. 

Saat kami hendak membantu Felix dia terlihat kelelahan dan putus asa akan menggunakan mantra apa lalu kemudian dia mengayunkan tongkatnya dan dengan tegas mengucap mantra "Adacadavra" kemudian tubuh Alexander mulai terbakar dan menjadi abu. Sontak aku dan kakek kaget karena matra itu nggak bisa digunakan oleh sembarang penyihir yang bisa menggunakannya tetapi Felix bisa.

Setelah musnahnya Alexander Zim-Zalabim kembali seperti dahulu kala dimana kehidupan manusia biasa dan para penyihir hidup dengan damai sedangkan pembatas yang dibuat oleh Kek Allan juga menghilang bersamaan dengan lenyapnya Alexander. Sedangkan Henry sekarang hidup dibawah pengawasan Kek Allan agar tidak dapat berbuat onar lagi yang dapat membahayakan banyak orang. 

Beberapa tahun telah berlalu pangeran yang aku dambakan juga sudah ada di sampingku, ternyata benar kata Felix pada saat malam itu bahwa dia adalah pangeran berambut pirang itu dan kita hidup bahagia. Tetapi tetap saja adat penyihir tidak boleh jatuh cinta dengan manusia biasa, tetapi dengan kemajuan teknologi manusia bisa telah menemukan jalan tengah untuk seseorang yang ingin menikahi penyihir dengan memperbanyak produksi pembuatan vaksin agar dapat menjadi penyihir dan bisa hidup dengan orang yang dicintainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun