"Alasannya pasti ada?"
"Ya, aku ingin tahu?"
"Ereley benci udara kotor, tanah kotor. Jika daratan, udara dan air terkotori itu berarti situasi akan lebih berbahaya. Karena musuh berusaha mencampur kekotoran dengan racun. Anak-anak dan para perempuan akan terkontaminasi dengan cepat."
"Ereley masih ada?" Tanya Daeyu, ia pernah bertemu dengan pria tua yang dipercaya hidup abadi itu. Satu saat di Kubdo, Nippon Baru ketika berniat mengasah pedangnya. Lelaki itu memberikan barang yang pernah digunakan Noira Moira untuk mengobati luka anak perempuan Ereley. Saat itu di Nippon Baru Raja Ozman mengutus Daeyu dan Noira untuk membantu Raja Ryuki mengatasi ancaman Gorzorok.
"Dia sudah tua tapi tetap dalam waspada." Perlahan gadis itu menjawab. Ia tampak kelelahan membawa perangkat wadah anak panahnya.
"Busur dan Wadah yang sama. Itu milik Perseus yang melegenda, pria yang disangka anak dewa."
"Perseus itu anak Zeus dan Zeus itu dipercaya sebagai dewa pembawa halilintar."
"Tidak, katakan padanya kalau dia salah." Sahut Daeyu.
"Salah dimana?"
"Zeus itu hikayat, kisah sebenarnya adalah dari pulau yang kita tinggalkan. Tongkat halilintar dibawa oleh Zizau yang juga ayah dari Perseus. Tapi ia pada masyarakat mengaku dewa. Zizau dibunuh oleh Neptunei adiknya sendiri dan tongkat dibawa paksa oleh adiknya sampai akhirnya disembunyikan dalam batu di bawah permukaan laut. Dibawa oleh Poseidio yang berasal dari Versie, Poseidio memberikannya pada Raeyu. Poseidio pada awalnya memang anak buah Hiroko yang pertama menemukan jalan menuju dimensi lain dari Versie."
"Tenanglah guru, jangan berusaha membuat tuan ini marah. Biarkan dia dengan sejarahnya sendiri, kita tidak ingin bertempur dengannya malam ini kan?"