Mohon tunggu...
Thomy Satria (tomisteria)
Thomy Satria (tomisteria) Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menulis cerpen, dan lagu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Munaroh Hantu Junkies

6 November 2024   08:39 Diperbarui: 11 November 2024   11:43 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"HAAAA!!!" ke lima mahasiswa PKL itu berteriak ketakutan. Sangat jelas diluar, di depan jendela ruang tamu, di kontrakan yang baru sehari mereka huni, ada sosok berambut panjang dan berpakaian putih melotot melihat kearah mereka. Hantu perempuan cosplay ala Sodako. Memamerkan gigi taringnya yang sebagian tertutup buih. Kehebohan mereka ditelan oleh suara hujan deras malam itu.

Masmuji awalnya juga takut. Tapi menjadi heran dan terkejut melihat wajah hantu itu ternyata mirip dengan sosok yang dia kenal.

"Munaroh?" Masmuji memanggil nama hantu itu.

Hantu perempuan itu sama terkejutnya dan menjawab: "Masmuji?"

Lalu hantu itu menghilang.

"Lu kenal?" tanya Paijo.

"Itu kayaknya arwah temen SMA gua. Munaroh. Parah anaknya, pas kelas tiga meninggoy karena OD." jawab Masmuji.

"Banyak banget temen SMA lu yang jelek ya. Padahal lu ganteng." goda Maimunah yang naksir Masmuji.

"Gak ah, Paijo lebih ngguanteng." bantahnya.

"Bisa gak, kata-kata seperti itu datang dari kalian para cewek? Jangan dari Masmuji. Geli gua." celetuk Paijo memohon ketus.

"Eh ini lagi horor loh! Kita semua barusan liat hantu di luar jendela. Kalau bisa jangan buru-buru. Kalau bisa jangan ada dulu. Pengalihan topik, Bernadyaaa." Celoteh Tiara mengembalikan situasi sambil benyanyi.

"Eh lucu woi tolong bantu gua ketawa!" sahut Bianca datar.

"Munaroh! Masuk aja gapapa!! Ini temen lu Masmuji mau ngobrol katanya!" panggil Paijo dengan suara lantang.

"Anjjj, jangan aenjeee, serem bangsaad!!" tegah Maimunah ketakutan.

"Biar gue aja yang keluar." Masmuji beranjak ke arah pintu.

"Oke ati-ati Mas, jangan lupa bawa sabun." canda Paijo.

"Loh kok sabun?" tanya Tiara.

"Lu ga liat tadi hantunya mulutnya bebuih ege. Itu pasti jenis hantu pemakan sabun." tebak Paijo.

"Itu karena dia mati over dosis makanya mulutnya berbuih Sukirmaaan. Kepala bawah lu kali pemakan sabun! Hahaha.." sindir Tiara sambil ngakak.

"Anj, jadi lu yang sering ngintipin gua c*li di kamar mandi?!" tanya Paijo penasaran.

"Ih, amit-amit." ledek Tiara dengan ekspresi jijik.

"Ini baru lucu. Hohoho." sela Bianca datar lagi. Sedatar buminya kaum Flat Earth.

"Lu bisa ngakak sepenuh hati gak?" protes Maimunah pada Bianca yang terlalu minim ekspresi.

Belum sempat Masmuji keluar, tiba-tiba Bianca kesurupan dan tertawa keras.

"Hihihihiii!! Hahahahaa.." Gelak Bianca pecah tanpa tertahan.

"Nah gitu baru ketawa yang bener. Hihihi.." sahut Maimunah cekikikan.

Masmuji menyadari Munaroh sudah masuk ke tubuh Bianca.

"Munaroh?" Masmuji memanggil Bianca dengan nama Munaroh.

"Ini Bianca wei bukan Muna.. Hah? Bianca kesurupan hantu yang tadi???" tiara kaget. Maimunah kaget. Paijo kaget. Cicak di dinding kaget. Sampe plankton di samudra Pasifik juga ikutan kaget.

"Munaroh, gua udah lama berhenti make drugs, lu juga udah janji bakal berhenti. Kenapa lu malah mati konyol over dosis? Hal apa yang bikin arwah lu penasaran sampe sekarang, Munaroh? Lu ga kepengen apa, tenang aja di alam kubur sana?" tanya Masmuji penuh perhatian.

Paijo, Tiara, Maimunah, melipir ke pojok ruangan berusaha menjauh menyaksikan dialog antara Masmuji dengan Bianca yang kesurupan arwah Munaroh.

"Huuuuuhuuu.." Bianca menangis. Eh, Munaroh maksudnya.

"Jawab ege, jangan malah nangis." sahut Maimunah ketus dari kejauhan.

Bianca melotot seram ke Maimunah. Eh maksudnya Munaroh.

"Anjir serem bat mata lu Bianca!"

"Itu Munaroh jeng, bukan Bianca." Tiara mendebat Maimunah.

"Eh, eh, sebutkan dua kata lucu!" sahut Paijo tiba-tiba ngajak main kata-kata buat ngilangin rasa takutnya.

Reflek Maimunah mengikuti permainan Paijo:

"Tiara ngintip. Hahaha. Sekarang giliran lu." Maimunah nyuruh Tiara mikir.

"Maimunah berak." jawab Tiara ngasal.

"Tiara lu juga ngintipin Maimunah berak di WC kamar mandi?" tanya Paijo kaget.

"Dasar tukang intip!" seru Maimunah.

"Anjjj, kok jadi nge framing gue sih?" gerutu Tiara tak berkutik.

"Oke sekarang giliran gue. Hmm.." Paijo mikir lama. Dia sudah punya banyak dua kata lucu tapi belum merasa cukup lucu untuk diucapkan: "Ha! Munaroh OD. Hahaha.. Dark jokes. Hahaha. Eh tapi itu tiga kata ga sih? Ah yang penting dark jokes hahaha."

Munaroh ke-roasting. 

"Udah bisa aku jawab?" Munaroh mode Bianca bertanya.

"Kagak perlu Mun, biarin Masmuji mati penasaran. Awokwokwok." sahut Paijo ngeroasting.

"Gua gak penasaran. Mungkin gua udah tau. Gua nanya buat mastiin dia jujur ato nggak aja." sahut Masmuji.

"Jawab bohong aja Mun. Kaga usah jawab jujur." usul Maimunah.

"Jawab jujur lah Mun. Gua paling ga bisa di bohongin." usul Tiara ga mau kalah

"Hahahaha... Hahahaha.." Munaroh yang merasuki Bianca itu tertawa terbahak-bahak, teman-teman Masmuji ini benar-benar lucu.

"Baru masuk tubuh orang udah ketawa. Trus di tanya Masmuji malah nangis. Sekarang kita suruh jawab malah ketawa lagi. Mau lu apppha sih?! Aenje lah! Lepasin gue Tiara, Maimunah! Jangan tahan gue!" Paijo berontak.

"Kagak ada yang nahan lu. Sunaryoo!" sahut Tiara dan Maimunah.

"Tadi Sukirman, sekarang Sunaryo, nama gue Jonathan wei!" tegas Paijo.

"Ga cocok Jonathan. Kita ganti namanya jadi Leonardo aja gimana, Ti?" usul Maimunah ke Tiara.

"Jangan Mai! Terlalu keren. Park Seo Hyun aja." bantah Tiara.

"Hahaha.. Amit-amit kagak cocok! Hahahahah.." tolak Maimunah terbahak-bahak.

Masmuji membelai rambut Bianca yg disurup arwah Munaroh dan berkata: "Gue bisa bantu lu apa? Bilang aja Mun. Kita pasti bantu."

"Kita? Elo aja kaleee!" sahut mereka bertiga serentak.

"Sebenernya, gue mati bukan karena OD, tapi di racun. Pil ekstasi yang gue beli kayaknya dituker sama kapur barus sama pengedarnya. Dia bilang itu jenis baru." Munaroh bercerita.

"Eh goblok! Dan lu percaya aja? Idung lu ga bisa ngebedain baunya, Mun?" tanya Masmuji tak habis pikir.

"Gue udah sakau Mas, jadi udah gak peduli. Langsung gua tenggak aja." bantah Munaroh.

"Eh goblok lagii!! Jadi lu mati gara-gara minum kapur barus? Pantes nafas lu wangi lemari pakaian emak gue!" Masmuji akhirnya mengerti kenapa Maimunah jadi arwah penasaran.

"Tolong taruh kapur barus di atas kuburan gue Mas. Soalnya sekarang mata gue cuma bisa nemuin kuburan gue kalo diatasnya ditaburin kapur barus." pinta Munaroh.

"Lah nyari kuburan pake idung lu?" Maimunah menyela.

"Maimunah, udah. Kasian Munaroh bertahun-tahun jadi arwah penasaran." potong Masmuji.

"Oke deh kakanda. Maimunah diem." Munaroh tersenyum genit.

"Kekende.." Tiara mengimpersonate Maimunah dengan bibir monyong.

"Apaan sih lu! Hehehe." Pipi Maimunah merah.

Munaroh keluar. Bianca kembali sadar. Dan bingung dengan apa yang telah terjadi. Tak ada satupun diantara temannya yang memberikan penjelasan.

-----

Besok siangnya mereka berlima membeli kapur barus ke Indomaret depan komplek. Lalu menaburkannya di atas kuburan Munaroh. Yang jaraknya cukup jauh. Munaroh pun berhasil menemukan kuburannya melalui bau kapur barus itu.

"Kita ngapain sih? Nebar kapur barus di kuburan orang. Aneh-aneh aja kalian." tanya Bianca heran.

"Gua awalnya ogah ikut. Tapi nunggu Bianca nanya heran kek gini yang bikin gua excited hahaha.." bisik Paijo ke Tiara dan Maimunah.

"Sama, hihihi.." sahut Maimunah dan Tiara.

Malamnya arwah Munaroh kembali ke rumah kontrakan anak PKL itu, merasuki Bianca lagi, dan berkata:

"Whuaaaaa! Kayaknya itu bukan kuburan gueee gaees!" Munaroh berteriak sedih.

"Seseorang udah menukar mayat lu dengan orang lain?" selidik Masmuji sambil berpikir keras.

"Huhuhu.. Iya. Bisa jadi." jawab Munaroh.

"Jangan-jangan lu ga bisa ke alam kubur gara-gara jasad lu ketuker? Bukan cuma karena kapur barus, Mun!" tebak Masmuji.

"Bisa jadi bisa jadi." Jawab Munaroh.

"Makanan?" sahut Paijo.

"Bukan!"

"Hewan!?" Tiara menebak.

"Iya!"

"Berkaki dua!?" Maimunah penasaran.

"Iya iyaaa!"

"Gua tau! Gua tau!" Paijo mau menjawab.

"Apa buruaan waktunya mau habis!" Munaroh entah kenapa ikut saja permainan konyol dadakan itu.

"Kapur barus!" Tebak Paijo sangat yakin.

"Kappur barrus? Logika otak lu mati, anjj!!!" Munaroh gak bisa ngomong apa-apa lagi. Temen-temen Masmuji terlalu Patrick, sebuah istilah untuk kebodohan yang lebih bodoh lagi. Seratus tingkat dibawah dongo.

"Ya udah lu jadi hantu aja deh Mun. Temenin kita PKL disini gapapa kan? Biar rumah kontrakan kita jadi rame dan seru, trus biar ada yang nungguin rumah juga pas kami lagi pada keluar semua." bujuk Masmuji.

"Neah, bener tuwh! Tolong jagain barang-barang berharga kami ya Mun?" pinta Maimunah.

"Sepertinya bukan ide yang buruk. Baiklah gue akan jadi hantu yang akan menemani kalian dan menjaga rumah kontrakan ini untuk kalian." jawab Munaroh mode Bianca

Masmuji tersenyum sumringah dengan keputusan Munaroh.

"Plot Hole woi! Kenapa Munaroh musti nyurupin Bianca buat ngomong ama kita? Bianca juga butuh dialog wei!" Paijo protes.

"Oh iya, hehe." Munaroh pun keluar dari tubuh Bianca dan menyapa.

"Hai, Bianca! Aku Munaroh."

"WHUAAAAAA!!" Bianca sontak lari ke luar rumah ketakutan sama hantu Munaroh.

"Ini kan yang kalian tunggu?" tanya Paijo ke Maimunah dan Tiara.

"Hahaha.. Iya. Hahaha.." mereka bertiga tertawa ngakak.

Masmuji berlari keluar menyusul Bianca untuk menjelaskan kisah dari kesurupan kemarin yang belum sempat diceritakan ke Bianca.

Akhirnya Munaroh melanjutkan karirnya sebagai hantu dan menemani lima mahasiswa PKL itu sampai selesai.

*tamat boleh lanjut juga possible. Bahan colab juga asik. Kalo ada yang mau join kabarin aja 😆

------

Ini cerpen dadakan ide dari temen Threads ku kak @doktavisme.

Terima kasih premisnya k

ak, kapan-kapan jangan sungkan lempar premis lagi ya.

https://www.threads.net/@doktavisme/post/DB_b-qIT0bz?xmt=AQGzfypsv41uEAW0uvKLzMFxJOnmc48-S2ofwQWypBLkpw

------

@tomisteria

Payakumbuh

06 November 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun