Secara lebih lanjut, Anita juga bercerita jika acara pada hari itu merupakan salah satu dari tiga rangkaian acara lain sebagai perayaan hari jadi MOANA Bike Tour yang ketiga. Anita menjelaskan, jika pada acara berikutnya MOANA Bike Tour akan melakukan kegiatan mendonasikan sekitar kurang lebih 100 bibit pohon mangrove untuk kemudian ditanam di sekitar pantai Temon, Kulon Progo, yang mana acara ini diselenggarakan oleh Lindungi Hutan.
Tujuan utama penanaman mangrove ini adalah untuk mengurangi jejak emisi karbon, yang mana menurut keterangan Anita mangrove dipilih karena menjadi salah satu biota yang dapat menangkap polutan dan menetralisirnya menjadi udara bersih. Selain menanam mangrove, MOANA Bike Tour juga akan menggelar acara kenduri dengan mengundang masyarakat sekitar Nanggulan, Kulon Progo (basecamp tur) sebagai ucapan terimakasih atas bantuan mereka.
Pada acara di hari Sabtu kemarin, sekitar 80 peserta dari berbagai kalangan hadir dan memeriahkan hari jadi MOANA Bike Tour yang ketiga. Acara pertama dimulai dengan sesi ramah tamah dan perkenalan dari pihak MOANA Bike Tour selaku penyelenggara dan Aksi Konservasi Yogyakarta (4K.Yogyakarta) selaku tuan rumah. Setelah itu, para peserta langsung bergegas untuk mengikuti acara pertama, yakni bersih-bersih pantai bersama.
Dari sekitar 80 peserta yang hadir, peserta kemudian dibagi ke dalam dua kelompok besar untuk menyisir dan membersihkan sampah disepanjang Pantai Pelangi.Â
Dari hasil bersih-bersih didapat sekitar 10 buah karung penuh sampah yang beragam, mulai dari sampah botol plastik, sampah plastik kemasan, sampah rumah tangga, sampah sedotan plastik, sampah konstruksi bangunan, dan lainnya. Sampah yang masih bisa didaur ulang kemudian dikumpulkan dan dijual pada pengepul.
Setelah asyik dari acara bersih-bersih pantai, para peserta kemudian diberikan waktu untuk beristirahat sejenak dan acara kemudian dilanjutkan dengan pengenalan konservasi penyu oleh Daru Aji, selaku founder dari Aksi Konservasi Yogyakarta (4K.Yogyakarta) dan pembagian doorprize. Setelah acara selesai, kemudian peserta diminta untuk segera bersiap ke acara puncak, yakni prosesi pelepasan tukik menuju habitatnya, Samudra Hindia.
Sebelum memulai acara pelepasan tukik, para peserta diberi arahan terlebih dahulu oleh Daru dalam memperlakukan tukik dan menjaga keselamatan masing-masing saat proses melepaskan tukik. Pertama, para peserta harus memegang tukik dari sisi samping cangkangnya dan tidak diperbolehkan memegang bagian bawahnya, sebab masih cukup lunak serta dikhawatirkan dapat melukai sisi bawah perut dari tukik.
Syarat yang kedua, ketika akan melepaskan tukik para peserta harus menaruh tukik ke arah atau ke hadapan mereka. Hal ini dimaksudkan agar tukik yang baru ditaruh di atas pasir dapat merasakan habitatnya dengan cara mencium bau air laut. Hal ini menurut Daru berguna untuk meransang indra dan insting alami tukik ketika mereka ada di alam liar. Tak kurang ada sekitar 100 ekor tukik yang berhasil dilepas dan berenang menuju ke Samudra Hindia.
Acara kemudian ditutup dengan sesi foto-foto bersama dan kemudian peserta dipersilahkan untuk pulang karena berhubung hari juga sudah mulai gelap. Di penghujung acara, Anita mengkonfirmasi pada penulis soal ketidakpercayaannya terhadap tingginya antusiasme dari masyarakat lokal Yogyakarta yang ternyata sangat tertarik dengan acara yang bertemakan kesadaran dan pelestarian lingkungan hidup.
"Saya jujur aja ga nyangka ternyata yang datang jumlahnya bisa sesuai dengan apa yang sudah terdaftar, bahkan beberapa dari mereka pun datang membawa serta teman-teman atau kerabatnya. Saya jujur terimakasih sekali karena kita bisa merayakan hari jadi kita dengan penuh nuansa meaningfull journey," tutup Anita.