Mohon tunggu...
Thomas Panji
Thomas Panji Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Berusaha dengan sebaik mungkin

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Asal-usul Mi Dok-dok yang Jarang Diulas

7 April 2021   07:52 Diperbarui: 16 April 2022   09:50 4760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yusup kembali menjelaskan, kata endok dalam mie dok dok itu tidak semata-mata karena menyertakan telur dalam proses memasaknya. Namun, kata endok sejatinya diserap dari jenis mie yang digunakan. Mie yang digunakan untuk membuat mie dok dok pada awalnya menggunakan mie bermerek mie telur cap tiga ayam. Jenis mie yang digunakan ini kemudian menjadi inspirasi untuk menamakan hidangan tersebut sebagai mie dok dok atau mie telur (endok) godok.

"Kalo untuk sekarang sih karena Warmindo udah jadi bagian dari Indomie ya mas, jadinya ya sekarang kita emang udah lebih sering pake indomie ketimbang mie telor kalo buat masak mie dok dok. Paling kita pake mie telur ya hanya untuk masak mie goreng, itu pun juga untuk pelengkap nasi bungkus sebenernya", tutur Yusup.

Di tengah-tengah obrolan, Atim juga ikut menambahkan penjelasan dari Yusup. Menurut pemahamannya, mie dok dok memang pada awalnya adalah mie rebus (godok). 

Di kampung halaman Atim, di Kuningan, Jawa Barat mie dok dok kerap disebut oleh penduduk setempat sebagai mie dok dok caleum. Caleum menurut penuturan Atim adalah aneka sayuran seperti sawi, kol, kembang kol, wortel dan lainnya, yang dimasak (direbus) bersama dengan mie sampai lunak.

Dengan kata lain, mie dok dok caleum mirip seperti mie masak Jawa. Selain menggunakan berbagai aneka sayur mayur, mie dok dok menurut penuturan Atim juga selalu disajikan dengan cita rasa pedas. 

Cita rasa pedas mie dok dok ini adalah bagian dari selera lidah masyarakat Sunda yang sangat gemar sekali makan sambal dalam setiap aneka hidangan mereka. Perpaduan antara sayuran segar dengan pedasnya sambal adalah dua identitas kesundaan yang hakiki.

"Jadi kalo makan mie dok dok yang rasanya puas itu ya sebenernya kalo makan sampe bisa keringetan banyak mas. Kalo orang bisa keringetan banyak karena mie dok dok berarti memang dapet sensasi makan yang puas banget", tutur Atim.

Bicara soal porsi, Atim dan Yusup sama-sama mengakui bahwa mie dok dok memang memiliki porsi yang jauh lebih besar. Porsi yang lebih besar ini tentu disebabkan oleh adanya sejumlah isian tambahan selain telur yang disertakan di dalam mie dok dok. Isian tambahan itu mulai dari kol, wortel, kembang kol, irisan cabai, sosis dan lainnya. Namun, isian tambahan ini menurut Yusup tidak sama rata di semua Warmindo yang ada di Yogyakarta.

Menurut penuturan Yusup, isian mie dok dok yang beraneka ragam pada dasarnya dipengaruhi oleh seberapa besar dan terkenalnya Warmindo itu sendiri. Ada beberapa Warmindo yang sangat besar di Yogyakarta dan sampai-sampai mampu membuka banyak cabang diberbagai tempat, Jika Warmindo tersebut sangat besar, maka pilihan menu dan isian untuk mie dok dok pun tentu akan semakin lebih bervariasi serta harganya pun pasti sedikit agak lebih mahal.

Tampak banyak pengunjung yang datang untuk makan di sebuah Warmindo di kota Yogyakarta | jogja.idntimes.com
Tampak banyak pengunjung yang datang untuk makan di sebuah Warmindo di kota Yogyakarta | jogja.idntimes.com
Di Warmindo Sumber Rejeki, tempat di mana Atim dan Yusup bekerja, mie dok dok mereka bisa dibilang cukup sederhana, baik dari segi tampilan maupun isiannya. Mie dok dok mereka hanya menggunakan isian sawi, telur dan diberi kerupuk. 

Harganya lebih terjangkau, yakni sekitar Rp 10.000,00, lebih murah jika di bandingkan dengan mie dok dok dari Warmindo yang sudah terkenal, harganya bisa mencapai angka Rp 12.000,00 sampai dengan Rp 15.000,00 per porsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun