Mohon tunggu...
Thomas Ferdi Leihitu
Thomas Ferdi Leihitu Mohon Tunggu... Bankir - stay healthy, happy, believe

Semoga meinginspirasi dan bernilai

Selanjutnya

Tutup

Financial

Tiga Sadar Resep Stabil

16 April 2020   12:51 Diperbarui: 16 April 2020   12:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi wabah virus corona/covid 19 membuat orang kebanyakan berpikir ulang mengenai rencana-rencana hidupnya, ada yang berencana menikah jadi tertunda, ada yang mau ke luar negeri jadi batal, ada yang lama menunggu waktu umroh jadi batal tiba-tiba, dan lainnya lagi. Menurut Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah, 1,5 juta orang dirumahkan dan 10% nya di PHK akibat corona (Kompas.com-12/04/2020). Apakah kita termasuk yang mengalami akibat tersebut?

Saya bekerja di Unit Penagihan suatu Bank, dan saya masih tetap masuk kerja, meskipun banyak debitur (pihak berhutang) yang menggunakan Jurus "kata pak Jokowi", angsuran boleh tidak dibayar setahun, tanpa dibaca baik-baik syarat dan aturan siapa yang mendapatkan. Lucunya, sebelum wabah covid ini, debitur tersebut sudah enggan membayar, saat wabah, dipakai juga alasan tersebut. Alamak!

Setiap orang bobot masalahnya berbeda, apakah kita pekerja informal, pekerja formal, Aparatur Sipil Negara (ASN), Swasta, Pengusaha, Ibu Rumah Tangga atau lainnya. Tapi dari situasi yang saya pun juga kena imbasnya, saya melihat ada pihak yang tetap menyuarakan optimisme, seperti narasi pemerintah yang mengomentari puncak wabah ada di Mei/Juni 2020, juga sekelas IMF pun juga optimis di 6 (enam) bulan kedua tahun ini, apabila wabah selesai, ekonomi tetap rebound mengalami pertumbuhan, juga media media yang aktif menyuntik optimisme publik dengan beritanya.

Namun wacana mengatasi kriris akan butuh waktu, saat ini masyarakat perlu didorong untuk tidak salah langkah dalam bertindak. Saya melihat perlunya suatu gerakan yang harus ditanamkan di alam bawah sadar masing-masing orang yaitu Gerakan 3 sadar, yaitu

  1. Sadar Informasi
  2. Sadar kesehatan
  3. Sadar Keuangan

Semuanya ini untuk menjaga stabilitas kehidupan. Orang yang terganggu masalah, dan panik tanpa kepastian sering mengambil keputusan yang salah. Maka perlu adanya guidance yang mudah diterapkan namun efektif

Dalam SADAR INFORMASI membuat kita menyaring setiap informasi yang kita dapat dan mampu mengolahnya secara benar. Situasi saat ini, sebenarnya tidak hanya bicara bahaya virus Covid 19. Virus ini memicu sederet masalah lainnya, yaitu lapangan kerja berkurang, kemiskinan bertambah, ketidapastian di berbagai sektor. Untuk Informasi umumnya ada dua jenis, baik dan buruk. 

Bila menerima kabar buruk, seperti misalnya 'asosiasi perhotelan memprediksi hotel di Indonesia hanya akan bertahan sampai Juni untuk operasional' maka otomatis akan terbayang gelombang PHK, belum lagi supply chain-nya yang berkaitan dengan hotel, yaitu agent tour and travel, tempat wisata, dan sejenisnya mengalami dampak negatif. 

Penerapan sadar informasi yang benar menurut saya, stop sharing berita ini, apabila akan share, gunakan kata 'sementara tutup' , jangan dengan kata 'bangkrut', 'hotel kiamat', 'hotel mati'. Bedanya signifikan. Berlawanan dengan hal tersebut, apabila menerima berita baik, 'trend orang yang positif corona mengalami penurunan tiga hari terakhir', apabila kita dorong berita ini jadi sesuatu yang membuat gembira berlebihan, itu juga kurang tepat, cenderung mengaburkan fakta. Lebih tepat kita berikan judul tiga hari menurun, tapi yang menunggu hasil test corona masih ribuan orang. 

Doakan banyak yang negatif. Lebih netral dan masih ada celah harapan. Demikian pula informasi tentang kejatuhan finansial, ada saja berita tentang bank bank akan merugi, Net Performing Loan (NPL) atau kredit macet meningkat, masyarakat awam akan meilhat Bank tidak aman, jangan simpan di bank. 

Hal ini berbahaya. Maka di awal April 2020 lalu, saya mendukung penuh saat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melakukan stress test terhadap perbankan apabila ekonomi semakin luluh lantak 'dihantam' covid 19, hasilnya ada 8 bank yang berpotensi gagal, dan LPS dengan menggandeng OJK sudah memiliki langkah-langkah antisipasi. Informasi seperti ini menurut saya dapat membuat public masih optimis dengan ekonomi Indonesia.

Pilih pihak mana yang kita percayai, media mana yang kita jadikan pegangan, cari yang kredibel. Saya pernah mendapatkan notifikasi, judulnya video jenasah Alm. Glenn Fredly dimasukkan ke Ambulance. Dalam video tersebut ada beberapa orang medis menggunakan APD mengawal masuknya jenasah yang sudah ditutup layaknya jenasah meninggal karena covid dan dimasukkan Ambulance dan berangkat untuk dikuburkan. Apabila kita termasuk orang yang  tidak menerapkan 'SARING SEBELUM SHARING', yang terjadi video itu sudah kemana-mana, dan probailitynya bisa jadi 50:50, sebagian percaya sebagian tidak. Begitupula data korban covid, kalau kita search saja di google ada ribuan sumber data yang menampilkan angka yang bisa jadi berbeda. Pilihan di tangan kita,siapa yang kita percaya. TIPS SUKSES SADAR INFORMASI adalah pilihlah informasi yang berguna bagi kita pribadi, keluarga, pekerjaan, masa depan.

Untuk SADAR KESEHATAN bentuknya kenali diri kita dan lingkungan. Buat profil diri kita, ayah, ibu, istri, anak, saudara kita segera. Bisa dibuat tulisan di Word/notes atau di Agenda direkap. Apakah keluarga kita ada yang umurnya 50 tahun keatas, catastrophic, punya riwayat sakit paru, atau saat dibuat profil sedang sakit. Seluruhnya harus tercatat. Maka selanjutnya ambil keputusan, apa bisa dilakukan Work From Home(WFH) atau tetap Work From Office(WFO). 

Kemudian di lingkungan kita, apa jarak masih terlalu rapat antar orang, maka siap-siaplah untuk berjarak. Apabila sektor bisnis yang sedang digeluti seperti Mall, department store, dan sejenisnya yang rentan resiko orang berkumpul, berhentilah beroperasi untuk sementara. Menjaga kesehatan dengan berjarak dan steril.

Berbicara mengais rejeki adalah suatu perjuangan. Berjuang dalam kondisi sakit itu sama saja berisiko tinggi. Tapi apabila kondisi fit namun mengabaikan himbauan pemerintah, malah nongkrong dimana saja, tidak pakai masker konsisten, tidak rajin cuci tangan, kurang istirahat, selalu bersalaman, tidak disiplin jarak, hal  tentu akan berakibat buruk. Dalam rumus covid, yang sehat bisa jadi positif, yang sehat bisa jadi courier (pembawa) yang sakit malah belum tentu positif.

Saya tertarik dengan istilah isolasi diri. Saya memperluasnya menjadi isolasi diri dari segala yang ramai dan berkumpul, baik itu nongkrong dari  warkop/ caf/ resto, arisan tetangga/ kantor/ komunitas, kumpul- kumpul keluarga besar komunitas/kelompok/hobby, ke area public/ngemall/, rapat jarak dekat, dan apapun yang bertemu. 

Punyai pikiran baik untuk maksimalkan kegiatan dirumah saja, tingkatkan pengetahuan dengan banyak baca buku, menjadi guru bagi anak, belajar cocok tanam, bongkar kendaraan, perbaiki rumah, dan lainnya. Aura positif dari kegiatan dirumah ini yang membuat sukses sadar kesehatan. Terlepas secara nutrisi banyak minum vitamin atau makanan yang sehat juga perlu

Nah ini yang paling penting, yaitu SADAR KEUANGAN yang mengajak kita banyak berhitung sederhana, contohnya berapa uang kita saat ini di dompet, di rekening, deposito, tabungan darurat. Hitungan sederhana kedua, berapa biaya makan kita sehari, sebulan. Berapa uang sekolah anak kita, apa ada diskon saat covid?. Kemudian, berapa total kredit kita. Setelah kita berhitung secara serius, maka saatnya menjadi financial planner dadakan. 

Buat rumus pemasukan berapa dibanding pengeluaran. Apabila pemasukan terhambat karena dampak corona, kita aktif segera cek kebijakan pemerintah pusat/daerah, BUMN, instansi lain. 

Contohnya kebijakan cashback 50% untuk pembelian BBM pertamina untuk Ojol, potongan tagihan listrik, keringanan angsuran kredit motor selama 1 tahun, dan di Makassar tempat saya ada Kebijakan biaya PDAM gratis selama 3 bulan untuk rumah klasifikasi tertentu. Maksud saya manfaatkan hal ini untuk mengurangi pengeluaran, manfaatkan perilaku sadar informasi. Buat agar pemasukan lebih tinggi derajatnya dibanding pengeluaran.

Hal penting lainnya, jangan berhutang. Apapun jenis hutangnya, pikir 10 kali. Lebih baik menurut saya Gadaikan saja barang yang berharga untuk mendapatkan cash. Resiko pasti ada, bisa saja kita kehilangan barang kita. Tapi harap diingat saat ini, semua keputusan untuk mendapatkan cash bisa jadi buruk, tapi itu terbaik, seperti Gadai, Garage Sale, dan sejenisnya.  Hal-hal di atas untuk menjaga keuangan tetap stabil.

Berhemat adalah solusi jitu. Dengan berhemat kita bisa menghemat kurang lebih 30% pengeluaran rutin bulanan seperti ongkos Nge-Mall (kulineran, nonton, shopping) dan bahan bakar karena jalanan mulai lengang, tidak mengantar sekolah anak, dan ada beberapa daerah yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti kota saya saat ini. Untuk yang sudah berkeluarga, cost hiburan diluar bisa dikurangi. Untuk anaknya yang bersekolah, beberapa sekolah ada diskon uang sekolah. 

Cost 30% tadi bisa dialihkan ke dana darurat. Isi lumbung yang benar untuk persediaan beberapa bulan ke depan. Dalam survey Narasi TV(nova.grid.id) kepada generasi muda, banyak orang susah menabung karena 31% uang untuk belanja, 24,3% untuk cicilan, 18,5% untuk hangout, 4,7% untuk jalan-jalan, dan 10,6% untuk hobi. Tidak ada untuk dana darurat. Maka momen covid 19 ini menjadi pengingat untuk siapapun kita tua muda, isilah dana darurat. Baik itu jangka pendek atau jangka panjang

Yang kuat menolong yang lemah. Tidak semua orang dalam keadaan susah karena keuangan saat wabah ini, karena masih berpenghasilan tinggi, dana darurat berlebih, dan sebagainya. Maka bantulah yang kurang. Caranya berbagai macam, lewat lembaga agama, yayasan atau bisa juga yang paling mudah lewat platform salah satunya bisa dilihat di aplikasi Gojek ada menu GoGive, juga di Web Kitabisa.com yang bergerak menyalurkan bantuan social dari kita untuk kita, lembaga amal, sumbangan perusahaan, sumbangan pribadi dan lainnya. Harus disadari kondisi saat ini Tenaga Medis adalah pejuang garda depan untuk mengatasi wabah ini. Namun, kalau tidak ada Alat Perlindungan Diri (APD) yang cukup, sama saja mengirim mereka untuk bunuh diri. Di berbagai RS masih kurang peralatan APD, jadi demikian rumitnya situasi saat ini, masyarakat berguguran positif, 'pasukan perangnya' kekurangan alat, ini derita pahit kondisi bangsa yang harusnya bisa menggerakkan hati kita untuk turun tangan berdonasi. bantu sesama dan kuatkan tenaga medis.

Tiga sadar apabila bergerak bersamaan akan membuat jaring kemanusiaan yang kuat dimana tiga hal itu berkaitan satu dengan yang lain dengan tujuan satu, masyarakat stabil dan tegak di masa corona. Dengan adanya bencana ini kita banyak belajar bahwa manusia tidak sesuperior itu ternyata, kita lemah, dan mencegah ini berakhir kuncinya sederhana, berdiam dirumah.

Salam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun