Salah jurusan? Bisa jadi. Tapi apa mau dikata? Sudah terlanjur masuk, ya sudah. Waktu masih single, justru gajiku lumayan bisa diatas 600 ribuan. Justru ketika sudah punya anak, ntah kenapa gajiku melorot sangat jauh.
Sedih? Pastinya. Aku hanya bisa mengutuki diriku sendiri manusia bodoh. Sahabatku bilang, tidak seharusnya aku mengikuti ego Ibuku. Tidak seharusnya aku bercerai. Tapi kini semua sudah hancur berkeping.
Tahun 2015, Mei Bapakku berpulang keharibaanNya. Kesedihan yang melanda semakin menjadi dengan ketidakadaannya Bapak.
"Mbak Wati hanya tinggal punya Mama sekarang. Patuhi semua ucapannya, ya?" itu pesan saudara-saudaraku ketika melayat.
Ketika aku membutuhkan pelukan untuk menguatkanku, tidak ada satu saudaraku yang mau untuk memelukku. Bedah bumi Bapak waktu itu, saudara-saudaraku yang membayarkannya. Aku mana ada duit?
Sebulan kemudian, aku iseng membuka blokiran FB mantan suamiku. Disana terpampang foto resepsi pernikahannya. Hancur hatiku jangan dikira. Aku mulai mengutuki Allah. Aku bahkan berniat mencari Tuhan baru.
"Jika Kau tak mau untuk aku ikuti, ya sudah masih ada Tuhan lain yang sudi untuk menolongku," amarahku memuncak.
Aku rusak? Pastinya. Aku merokok, jual diri? Jangan ditanya. Aku begitu lihai memuaskan napsu para hidung belang itu. Ntah itu suami orang atau para mahasiswa yang haus akan hasrat sex aku tidak peduli yang penting ada uang ditangan.
Hamil? Tidak ada dalam kamusku karena aku memakai IUD. Jadi aman bagi para klienku untuk mengeluarkan sperma mereka di dalam.
Di dalam keadaanku yang rusak itu, saudaraku yang alumni ponpesnya Aa Gym hanya menertawaiku. "Wati ... Wati. Tidak sadarkah kamu yang kamu tantang adalah Tuhan pemilik alam semesta?"
Nasehat dia pelan tapi pasti mulai menyadarkanku akah kekhilafanku. Aku mulai kembali bisa untuk menata hidupku. Pelan tapi pasti no hape aku ganti, nama FB aku ganti dan mulai untuk kembali menyandarkan diriku pada Allah.
"Ampuni aku Ya Rabb? Aku terjatuh dan kini aku ingin bangkit. Berikan aku tanganMu agar aku bisa untuk berdiri lagi." Doaku dan pintaku dalam sholat-sholatku. Tidak lupa pula aku bermohon agar mantanku tidak diberikan anak perempuan.