"Kamu itu anak atau istri, Ti?"
Aku hanya bisa tersenyum kecut. Ada perasaan perih di dada. Tidak bisa kubayangkan anak-anak akan besar tanpa kehadiran seseorang yang mereka panggil ayah. Tapi ada secercah harapan, jika toh bercerai pun Qoiry masih bisa datang untuk bertemu dengan anak-anaknya.
"Wati pamit pulang Bu," ucapku sambil mengecup punggung tangan wanita tua itu.
"Sudah pamit dengan suamimu?"
Aku hanya mengangguk. Aku berjalan menuju sepeda motorku. Aku nyalakan mesinnya dan berjalan keluar dari halaman rumah yang asri itu. Dalam perjalanan kembali ke rumahku di Yogya kota, aku sudah tidak bisa untuk menahan tangisku.
"Aku masih sangat mencintaimu Mas," isakku. Aku tidak bisa berhenti mengusap airmataku. "Maafin bunda, anak-anakku?" lirihku.
Aku menyusuri jalan Kaliurang. Beberapa menit kemudian, aku pun tiba di rumah yang sudah berdiri dari tahun 1987.
Begitu aku masuk rumah, Ibuku lalu bertanya, "Gimana, jadikan?"
Aku hanya mengangguk dan langsung masuk ke kamar.
Di kamar, aku melihat Rahmad, putra bungsuku yang berusia 1 tahun sedang tidur dengan nyenyaknya. Aku peluk dia lalu berbisik pelan ditelinganya, "Maafin Bunda ya, Le?" Tak terasa airmata kembali menetes di pipiku.
Tidak perlu waktu lama, hanya 2 kali sidang akhirnya tepat di bulan Desember 2012, status janda sudah kusandang. Awal aku dan Qoiry berniat rujuk karena baru cerai talak 1, tapi pertengahan 2013 semuanya berubah. Sejak saat itu tidak kutemui lagi wajahnya. Anak-anak besar tanpa seorang yang bisa dipanggil ayah.
Pelan tapi pasti rasa bersalah mulai muncul dan menghantui. Stress mulai menghantuiku. Honorku yang hanya ala kadarnya membuatku pusing. Disisi lain ibuku mulai kumat membanding-bandingkan aku dengan wanita sukses lainnya. Hatiku panas dibuatnya. Rasa tidak ingin meminta uang kepada Ibuku makin besar, tapi bingung mau kerja dimana?
Beberapa kali mencoba untuk kerja kantoran berakhir dengan pemecatan. Aku hanya bisa mengajar Bahasa Inggris. Parahnya, aku hanya bisa percakapan dan Bahasa Inggris dasar. IPku tidak memadai untuk aku melamar di kantor Notaris misalnya. Aku lulus hanya asal lulus waktu itu. IPku hanya 2,54 dan asli aku tidak terlalu paham hukum.