Agus itu nama pasaran. Banyak orang Indonesia terlahir dengan nama ini. Sudah ketahuan dari nama, orang bernama Agus pasti terlahir di bulan Agustus. Bulan dimana ditahun 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.
Tapi tidak untuk Agus yang satu ini. Dia terlahir di bulan Juli. Ya Juli. Ntah ada apa di dalam otak orang tuanya. Memberi nama anaknya Agus tapi terlahir di bulan Juli. Kenapa tidak diberi nama dengan Julian atau Juli Andri, kan bisa juga?
Si Agus ini sekarang sedang menjalin hubungan asmara denganku. Ketika aku sedang menjalin hubungan dengan seorang lelaki, aku aslinya paling tidak suka dimintain uang. Jika aku yang minta uang, wajar. Aku seorang janda memiliki anak 2. Kebutuhanku banyak. Sedangkan dia? Dia single. Usianya pun 9 tahun dibawahku.
Kali ini dia laporan padaku, bahwa kosnya belum dibayar selama 2 bulan. Dia takut di"tendang" sama Ibu kosnya dari kamarnya yang sudah dihuninya beberapa tahun ini. Dia memintaku membantunya. Aslinya ... aku ilfil. Aku paling tidak suka ketika ada lelaki mengadahkan tangannya pada perempuan. Terlebih pada wanita yang dianggapnya istrinya.
"Okay, aku bantu yank ... tapi tidak banyak ya?" jawabku waktu dia telpon via aplikasi berwarna hijau.
"Pengenku bunda bisa bantu aku 500 ..." pintanya lagi dari seberang telpon.
"Aku hanya punya 200 ribu untuk saat ini, yang 300 kita pikirkan nanti," kilahku cepat.
Aku menghela napas. Aku tutup sambungan telpon darinya. Iya aku bisa dibilang egois. Sejak aku bercerai 10 tahun yang lalu aku  berubah menjadi wanita egois ditambah dengan mantanku yang memilih lepas tangan. Hidup sudah susah, utang segunung sekarang cowokku malah minta aku bayarin kosnya. Memang dia juga sudah korban banyak banget, tapi gak begini juga caranya. Aku tersenyum kecut.
**********
Aku memang tidak tahu begitu detail tentang Agus ini sebenarnya. Yang jelas, dia merasa diri sendirian dimuka bumi ini. Jadi, sejak adanya aku di dalam hidupnya, dia merasa hidup. Dia merasa bahwa dia berguna menjadi seorang laki-laki.
Kita ldr-an dengan setahun kemarin tiga kali ketemuan. Dia sudah berkorban banyak untukku dan anak-anak. Tapi tetap untukku, lelaki yang meminta duit sama ceweknya, itu harga dirinya turun. Walau itu bisa jadi sebuah penilaian yang salah. Karena harus ada take and give-nya dalam sebuah hubungan. Apa pun aku berikan kecuali uang.
*******
Hari ini aku janjian ketemuan dengan teman lama dari Amerika bernama Jeffrey. Jika Agus tahu aku ketemuan dengan lelaki lain bisa ngamuk dia. Kita janjian disebuah waralaba makanan paling terkenal dari Amerika.
"So ... you want me to kill your boyfriend just because you dislike him asking your money?" tanya Jeff dengan wajah bingung.
Aku mengangguk lalu meminum coke-ku.
"You weird ... you know that?"
"I'll pay you after I receive my money from the producer," ucapku lalu menggigit burger yang tersaji di depanku.
"A lot better we go to Jakarta together," sarannya.
"Well, that better idea." Aku tersenyum lalu menghabiskan makanan khas Amerika itu.
Hari H itu pun tiba. Aku akan ke Jakarta bertemu dengan produser yang akan memfilmkan salah satu novelku yang bicara tentang Illuminati di dunia hiburan. Selain bertemu dengan produser itu artinya aku juga bertemu dengan Agus.
Aku sayang dia, cinta dia tapi jika diminta untuk memberinya uang ... no way man!
Aku ke Jakarta naik kereta. Jeff berbeda gerbong denganku.
Jam 2 pagi kita sampai di Jakarta. Aku di jemput langsung oleh perwakilan dari produser itu. Untuk sementara aku menginap di salah satu apartemen yang dimiliki oleh produser yang film-filmnya sudah banyak menghiasi layar lebar Indonesia. Sedangkan Jeff menginap disalah satu hotel yang lokasinya tidak jauh dari apartemen ini.
Jeff melakukan itu, agar dia bisa tahu dengan jelas dengan sosok Agus ini.
Siangnya, Agus pun mendatangi tempat dimana aku menginap setelahnya kita makan-makan dan Agus mengajakku berkeliling dengan sepeda motor pinjaman.
Sedang asyikny berkendara, tiba-tiba ....
Aku terbangun di rumah sakit. Pelan aku membuka mataku.
"Agus meninggal Wan. Ditembak oleh seseorang yang sampai sekarang masih dicari oleh Polisi." Joko salah satu teman kerja Agus memberitahuku.
Aku hanya bisa tersenyum di kulum. Jeff memang mantan sniper. Dia tidakkan semudah itu untuk ditangkap.
Tiba-tiba aku menangis dan berteriak, "Tidak ...."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H