Mohon tunggu...
The Urbanist
The Urbanist Mohon Tunggu... -

City planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cekungan, Krisis dan Ancaman Air Tanah

19 Juni 2011   11:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:22 1985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Sementara konsep recharge atau mengisi kembali adalah konsep memasukkan air hujan ke dalam tanah dan ini dapat dilakukan dengan cara membuat sumur resapan. Selain membuat sumur resapan, cara sederhana untuk meresapkan air, yang dapat dilakukan bahkan di permukiman padat sekalipun adalah dengan membuat lubang sedalam minimal 1 meter, kemudian dipenuhi batu atau kerikil dan mengalirkan air hujan langsung ke dalamnya. Prinsipnya adalah meresapkan air hujan ke dalam tanah secara langsung sehingga tidak melimpas ke gorong-gorong yang akhirnya menggenangi jalan dan membuat banjir. Dan hal ini juga dapat didukung dari adanya perencanaan suatu wilayah dengan baik, yang mana dengan tidak menutup seluruh kawasan menggunakan aspal, paving, semen dan sejenisnya, hingga air hujan yang turun dapat langsung meresap kedalam tanah. Pada gilirannya, air hujan yang meresap ini akan mengisi sumur-sumur dangkal penduduk. Resapan air tanah dalam terkadang memang membutuhkan teknologi khusus. Pada saat ini tengah dikaji secara intensif upaya-upaya pengisian kembali akuifer dalam secara artifisial oleh beberapa institusi.

5. Sedangkan konsep recovery yakni memfungsikan kembali tampungan-tampungan air dengan cara melestarikan keberadaan situ serta danau.

6. Tak hanya itu, upaya penyelesaian lainnya dengan menanam pohon keras. Rasanya tidak perlu lagi diulas di sini betapa pentingnya fungsi tanaman keras bagi peresapan air, menjaga kelembaban udara, pemasok oksigen, ataupun pemberi keteduhan. Dengan menanam pohon keras di lahan terbatas sekalipun berarti kita turut menabung air untuk hari ini dan hari esok.

7. Tidak membuang sampah atau limbah ke perairan umum. Menjaga kualitas air permukaan sangat penting bagi pasokan air baku yang mencukupi. Kualitas dan kuantitas air permukaan yang mencukupi akan menjamin pasokan air baku untuk PDAM sehingga tersedia air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, bahkan pada saat kemarau sekalipun. Pemerintah sendiri, meski terlambat, melalui Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) seharusnya tidak akan memberikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) bagi pengembang yang menolak menerapkan Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di kawasan perumahan yang dibangun. Dengan begitu, setiap perumahan yang akan dibangun harus memiliki IPAL, dan akan lebih baik lagi apabila ternyata perumahan yang belum atau tidak memanfaatkan fasilitas air dari PDAM untuk melakukan uji kelayakan terhadap air yang akan digunakan sehingga apabila ternyata air tersebut tercemar berbagai zat kimia berbahaya seperti timbal, seng, amoniak, dan kloroform atai memiliki kandungan zat besi yang tinggi akan dapat diketahui lebih awal sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit yang dapat ditimbulkan.

8. Pengambilan air tanah sebenarnya tetap bisa dilakukan namun perlu diteliti berapa jumlah yang aman untuk diambil. Hal ini disebabkan karena pengisian kembali air tanah memerlukan waktu yang sangat lama, apabila diambil lebih dari laju pengisian. Kalau aliran air di sungai bisa cukup cepat (dalam kisaran sampai dengan 1 m/detik), maka aliran air tanah berjalan sangat lambat misal 1 cm/hari, atau bahkan lebih lambat. Sebisa mungkin air tanah, terutama air tanah dalam, dimanfaatkan jika keadaan sudah demikian parah, dan hanya untuk kepentingan yang primer saja. Kalaupun dipilih untuk mengambil air tanah, pemakaian secara kolektif dan terjadwal akan sangat membantu dalam penghematan air. Karena bisa menekan jumlah air yang hilang karena kebocoran jaringan.

9. Diharapkan kepada pihak yang berwenang untuk memfasilitasi studi terhadap pemetaan geologi permukaan yang mengidentifikasi pada air tanah yang dangkal untuk mengetahui seberapa dalam arsenik dalam air tanah dan mempersiapkan sumur-sumur atau fasilitas air yang harus memperhatikan resiko tinggi terkontaminasi arsenik di wilayah pantai timur Sumatra.

KESIMPULAN

Kerusakan sumber daya air tidak dapat dipisahkan dari kerusakan di sekitarnya seperti kerusakan lahan, vegetasi dan tekanan penduduk. Ketiga hal tersebut saling berkaitan dalam mempengaruhi ketersediaan sumber air. Kondisi tersebut diatas tentu saja perlu dicermati secara dini, agar tidak menimbulkan kerusakan air tanah di kawasan sekitarnya. Dapat disimpulkan bahwasanya beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan adalah:

• Pertumbuhan industri yang pesat di suatu kawasan disertai dengan pertumbuhan pemukiman akan menimbulkan kecenderungan kenaikan permintaan air tanah.

• Pemakaian air beragam sehingga berbeda dalam kepentingan, maksud serta cara memperoleh sumber air.

• Perlu perubahan sikap sebagian besar masyarakat yang cenderung boros dalam pengggunaan air serta melalaikan unsur konservasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun