"Apa loe bilang?!" si rambut cepak nampak tak senang.
"Lagian loe siapa? Jangan ikut campur!" hardik si wanita bibir tebal. "Firdin, hajar dia!" lanjutnya memerintah si cepak.
Si cepak Firdin pun langsung berdiri, menghampiri si gadis jaket hitam, sebelum kemudian melayangkan tinjunya. Namun, si gadis dengan cepak menangkap tinju tersebut dan memelintir tangan si cepak, lalu menendangnya hingga menubruk si wanita bibir tebal.
"Tolol!" maki si wanita bibir tebal sambil berdiri dan membantu si cepak berdiri.
Si cepak langsung mengeluarkan 'pisau lipat' dari saku belakang celananya dan tanpa basa basi menyerang si gadis jaket hitam. Tapi sayang sekali, semua gerakan menusuk si cepak dihindari begitu saja oleh si gadis jaket hitam dengan mudah. Setelah itu, si jaket hitam menendang dada si cepak hingga terlempar cukup jauh dan muntah darah.
Melihat hal itu, si wanita bibir tebal langsung lari tunggang langgang, disusul dengan si cepak juga.
Gadis berjaket hitam tadi menghampiri Vanno. "Kamu, hari ini adalah hari terakhirmu."
Vanno berdiri dan wajahnya langsung pucat, tubuhnya pun bergetar.
Di saat seperti itu, seorang pemuda berjubah putih tiba dari atas, menghadang gadis itu.
"Vanno, pergi!" perintah si pemuda yang ternyata adalah Satria.
Vanno pun menggangguk dan kemudian pergi.