Mohon tunggu...
The Storm
The Storm Mohon Tunggu... Freelancer - Guru

Iseng aja

Selanjutnya

Tutup

Horor

Guardian ~ Pembasmi Iblis (Novel Horor) - Chapter 6: Kasus Orang Hilang

30 November 2024   02:56 Diperbarui: 30 November 2024   02:56 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Keesokan harinya, para warga geger dengan menghilangnya gadis bernama Astri, Yanti, dan Ratri. Menurut laporan orangtua mereka, ketiga gadis itu belum pulang ke rumah hingga sore hari. Setelah kejadian itu, banyak sekali warga kampung Keramat Asem yang menghilang secara misterius. Hingga akhirnya, Pak Lurah memanggil seorang paranormal sakti bernama 'Ki Amang' untuk memecahkan misteri itu. Ki Amang mencoba menerawang, sampai akhirnya, diketahuilah penyebab para warga yang menghilang secara misterius. Mereka dimangsa oleh Dian yang dirasuki sesosok makhluk aneh untuk balas dendam pada para warga Kampung Keramat Asem, terutama Astri. Yanti, dan Ratri. Akhirnya, Ki Amang mencoba memancing Dian keluar untuk bernegosiasi agar ia tak menteror warga kampung itu lagi. Pemancingan berhasil. Dian pun keluar dan berbicara dengan Ki Amang. Dian bilang, dia tidak bisa mengampuni warga Keramat Asem yang asal main hakim sendiri apalagi tiga gadis yang menjebaknya. Lalu, Dian menantang Ki Amang bertarung. Jika, Ki Amang menang, Dian akan berhenti melakukan terror. Tapi, jika Ki Amang kalah, Ki Amang harus berhenti melindungi warga kampung tersebut. Hasilnya? Ki Amang kalah telak. Dan sesuai janji, Ki Amang berhenti melindungi warga Keramat Asem. Terror Dian pun kembali berlanjut. Para warga menamai sosok Dian dengan nama 'Suster Ngesot'. Sosok Dian yang muncul dihadapan Ki Amang difoto oleh salah satu warga dan fotonya dipajang di Kantor Lurah untuk memperingatkan warga agar berhati-hati. Karena, menurut penerawangan Ki Amang, manusia yang 'tenaga dalam'nya tidak aktif, akan langsung diam seperti patung ketika ditatap oleh Dian.

Ya, begitulah kira-kira sejarah Suster Ngesot yang meneror Kampung Keramat Asem yang tengah dilihat Ki Amang dan tunangan Satria, Mutia, dari sebuah air di baskom allumunium milik Ki Amang.

"Ternyata bener dugaan gw, dia dirasukin Shadow," ucap Mutia dalam hati.

"Mbak Mutia, kenapa penasaran banget sama sejarah Suster Ngesot itu?" tanya Ki Amang, si paranormal dengan kumis panjang dan berpakaian ala 'dukun' lengkap dengan blangkon.

"Nggak. Saya cuma lagi riset buat skripsi kuliah," jawab Mutia.

"Ohh...." Ki Amang mengangguk pelan. "Ngomong-ngomong, mbak tahu darimana tempat saya?"

"Dari Lurah Kampung Keramat Asem," jawab Mutia lagi. "Katanya saya denger-denger di kampung itu ada 'Urban Legend' tentang Suster Ngesot. Jadi saya tertarik buat riset."

"Mbak Mutia ini paranormal juga?"

Mutia tersenyum dan menggeleng. "Saya cuma mahasiswi biasa kok. Udah ya, Ki, saya permisi dulu. Makasih Ki."

"Sama-sama," balas Ki Amang sambil tersenyum.

Mutia pun pergi dari tempat itu.

Malam menjelang. Di Kampung Keramat Asem, seorang pria dan wanita terlihat tengah asyik berduaan di sebuah taman.

"Bang, kalo kita udah nikah nanti, abang mau beliin Dira apa?" tanya si wanita bercepol dua pada pria berambut mohawk yang tengah ia sandari bahunya.

"Ape juga abang kasih," jawab pria itu.

"Kalo Dira minta pulau, abang kasih nggak?"

"Jangankan pulau, bumi ini kalo dijual juga abang beli. Buat Neng Dira seorang."

Dira langsung mencubit pipi pria itu. "Aah... Bang Eko, paling bisa deh!"

Tiba-tiba, Eko dan Dira merasa bulu kuduknya merinding.

"Bang, Dira merinding, kenapa ya?" tanya Dira sambil melihat-lihat sekitarnya.

"Ah, te-tenang aja! A-ada a-abang disini!" ujar Eko dengan tubuh gemetaran.

"Tapi abang kok gemeteran sih, bang??" protes Dira. "Dira takut nih. Kalo ada setan gimana?? Abang tau sendiri kan, di kampung ini ada-"

Ucapan Dira terputus dan langsung terperanjat begitu melihat Suster Ngesot berwajah mengerikan menatapnya. Matanya dilingkari lingkaran hitam dan satu hancur, hidungnya hancur, serta wajahnya dipenuhi noda darah. Dira yang ditatap makhluk itu langsung mematung. Eko yang hendak lari juga sama, ditatap oleh Suster Ngesot hingga mematung.

Suster Ngesot itu langsung menjulurkan lidah dan memanjangkannya. Akan tetapi, sebelum lidah itu menyentuh kepala Dira, lidah tersebut ditangkap oleh seseorang. Tak lama, Eko dan Dira kembali bisa bergerak.

"Lari!" teriak orang yang menangkap lidah sang Suster Ngesot yang ternyata adalah 'Mutia'.

Eko dan Dira yang sangat ketakutan pun segera berlari menyelamatkan diri.

Mutia menarik lidah Suster Ngesot itu dan memanfaatkan lidah tersebut untuk membanting tubuh sang setan, sebelum akhirnya lidah si suster kembali ke tempatnya.

"Siapa kamu?" bentak Suster Ngesot.

"Pembasmimu!" balas Mutia.

"Cih! Pasti Abdi Guardian Emas ya?" Suster Ngesot kemudian mengeluarkan beberapa bola api secara beruntun dari mulutnya yang langsung meluncur ke arah Mutia.

Mutia yang melihat hal itu melakukan gerakan memutar kuas besar yang ada di genggaman tangannya, kemudian menhentakkan kuas itu ke depan. Sebuah lingkaran bercahaya terang muncul dan mengeluarkan beberapa sinar terang yang melesat menabrak bola-bola api yang dikeluarkan Suster Ngesot hingga hancur.

"Haaattt!!" teriak Mutia sambil berlari ke arah Suster Ngesot.

Akhirnya, Mutia dan Suster Ngesot saling menyerang. Mutia menyerang menggunakan kaki dan kuas yang bulunya telah berubah menjadi mata pisau, sementara Suster Ngesot menggunakan tangan. Pertarungan mereka terlihat sangat sengit.

Mutia mundur sebentar. Ia membentuk lingkaran 'sihir' dengan tangan kanannya, sebelum kemudian menghentakkan kuasnya ke depan. Dari lingkaran tersebut muncul banyak jarum cahaya yang menusuk dan meledak begitu menyentuh tubuh Suster Ngesot.

Suster Ngesot pun tersungkur. Ia langsung membuat lingkaran di tanah, sebelum akhirnya masuk ke dalam lingkaran itu dan menghilang.

"Tcih!" decih Mutia.

Keesokan sorenya, tepat pukul tiga, Satria terlihat sedang mengantarkan makanan pada pelanggan yang merupakan keluarga besar. Di tangan Satria berjejer piring berisi berbagai jenis makanan dan beberapa piring nasi. Padahal ia baru disitu, tapi sudah bisa mengantar makanan dengan cara sulit seperti itu hanya satu kali diajari. Beberapa jam kemudian, waktu istirahat tiba, Satria yang hendak ke ruang istirahat karyawan tiba-tiba di peluk Silvi dari belakang. Silvi memeluknya sangat erat hingga dadanya tertekan di punggung Satria. Selain itu, Silvi juga menyandarkan kepala di punggung Satria sambil menikmati aroma 'mint' yang merupakan parfum milik Satria. Namun, Satria cuma diam saja.

Silvi kemudian bertanya, "Satria, mau nggak kamu makan bareng aku hari ini?"

Satria hanya diam.

"Mau ya... Pliss...." Silvi memohon.

Tanpa mereka sadari, beberapa pasang mata, termasuk Gadis melihat hal tersebut.

"Kok Mbak Silvi kayak gitu ya?" ucap Gadis.

"Iya, aneh," sahut pria cepak disamping Gadis. "Biasanya Mbak Silvi galak banget, kok bisa-bisanya dia meluk cowok, anak baru pula,"

"Nggak tahu deh. Aku juga bingung," balas Gadis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun