Mohon tunggu...
Theresia sri rahayu
Theresia sri rahayu Mohon Tunggu... Guru - Bukan Guru Biasa

Menulis, menulis, dan menulislah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Wajah di Balik Tembok

6 April 2017   14:15 Diperbarui: 7 April 2017   10:00 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hey, senyum itu milikku, Lasciani."

Terlambat, dia sudah mengambilnya lagi dariku. 

Kali ini aku benar - benar geram. Aku ambil bantal yang tergeletak tak jauh dariku, aku lemparkan ke arahnya. Sia - sia bantal itu terbentur pada tembok putih itu. 

Nafasku terengah. Mukaku memerah. Tak ada raut keanggunan dan kecantikan seperti biasanya. 

Sekarang giliran Lasciani yang terkejut. Seseorang memasuki kamar ini dari arah pintu. Ia mendekatiku, memegang kedua tanganku dan berbisik di dekat telingaku, "Nona Cian, tenanglah. Saya psikiater anda."

"Haahh .. psikiater ? Hey, Lasciani ! Dia pikir aku gila." 

Lasciani tersenyum seolah mengejekku. Aku mengejarnya. Tapi seperti biasa, dia selalu menang. Karena dia selalu bersembunyi di balik tembok itu. 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun