Setelah minum dan bercerita, saya mulai menyalakan grill, bung Inno menawarkan diri mau ngegrill untuk kami.
Wah kami di manja. Pria biasanya yang ngegrill, tapi dalam rumah tangga kami beda, sayalah yang ngegrill, suami tidak suka ngegrill. Sebaliknya membuat kue dan masakan Jerman  suami suka melakukannya.
Karena kali ini bung Ino menawarkan diri untuk ngegril, bebaslah aku. Â
Sementara suami  Hennie dan suamiku saling bercerita kami bertiga ikut berdiri di depan grill bercerita dan tidak  kalah seru.
Tidak semua sate dibakar, kira- kira cukup untuk kami ber tujuh, Hennie dan suaminya, bung Ino, Romo Agustinus, ibu saya, suami saya dan saya.
Sambil bercerita kami menikmati sate dan salat mentimun buatan Hennie, bihun goreng, pepes tahu dan sate sayuran untuk suamiku yang veganer.Â
Belakangan saya baru tahu lupa menawarkan pepes tahu untuk dicicipi Hennie.
Sebagai hidangan penutup saya memotong semangka, buah anggur dan kue sifon pandan yang kami  buat kemarin sore.
Kami masih bercerita sampai jauh malam di halaman di bawah pohon ceri yang tahun ini berbuah sedikit sekali.
Pertemuan kompasianer selalu menyenangkan, selalu ada saja bahan cerita lucu yang membuat kami tertawa.
Kami juga minta maaf pada suami Hennie dan suamiku kalau kami lebih banyak bercerita dalam bahasa Indonesia. Terimakasih untuk pengertian suami Hennie dan suamiku. Â
Hampir tengah malam Hennie dan suaminya berpamitan. Terimakasih Hennie dan Herr Oberst telah mengantar Romo Agustinus ke Bahnhof atau Station kereta.